CERITA DEWASA | CERITA MESUM | CERITA SEX | CERITA PORNO | FOTO PORNO
Senin pagi itu, tak biasanya Deborah datang pagi-pagi sekali ke tokonya
di jalan B, daerah selatan stasiun kereta api di kota YK. Saat itu ia
mengenakan blouse hijau tanpa lengan yang sangat ketat di tubuhnya yang
putih montok. Rambut ikalnya yang panjang bercat kemerahan diikatkannya
ke atas, memperlihatkan tengkuknya yang putih seksi. Rupanya pagi itu,
ia memang orang pertama yang datang ke tokonya. Pegawai-pegawainya
biasanya baru datang pukul 8 pagi. Setelah membuka pintu toko mainannya,
ia langsung menuju meja kasir dan menghitung laba perolehan hari
sebelumnya, sambil menunggu para pegawainya datang 1 jam lagi.
Deborah adalah seorang wanita keturunan tionghoa, yang sudah cukup
berumur. Akan tetapi, walaupun usianya sudah kepala 4, tetapi
perawakannya masih nafsu lelaki yang memandangnya. Tubuhnya yang montok
selalu mengundang lirikan lelaki dan memancing fantasi liar untuk dapat
menindihnya. Belum lagi bila memandang buah dadanya yang putih montok
itu, setiap lelaki pasti ingin meremas gemas dam memelintir lembut
putingnya. Di usianya itupun, wajahnya masih menunjukkan garis-garis
kecantikan, serta sorot matanya yang sayu tetapi tajam, menandakan
kebinalannya di atas tempat tidur.
Sebagaimana umumnya orang tionghoa, naluri bisnisnya memang tidak
diragukan. Baru beberapa bulan saja toko mainannya ini ia kelola, ia
sudah mendapatkan cukup banyak pelanggan. Mungkin karena harga mainan
anak-anak di tokonya ini relatif murah dibandingkan harga ditoko
lainnya.
Sambil menunggu pegawainya, Deborah duduk di belakang meja kasir,
menghitung laba hari sebelumnya. Belum ada pelanggan yang datang,
mungkin karena hari masih cukup pagi, dan di luar pun cuaca terlihat
agak mendung.
“Wah, pagi-pagi begini sudah mendung, bisa susah rejeki nih!”
pikirnya sambil melihat ke arah luar.”Mudah-mudahan aja, nggak hujan..”
Deborah kembali melanjut pekerjaannya, sampai tiba-tiba di luar gerimis pun turun.
“Lho, baru aja dibilangin, malah hujan beneran deh..”
gerutunya.”Anak-anak bisa terlambat dateng nih!” ujarnya lagi sambil
melirik arloji emas berbentuk kotak di lengan kanannya.
Gerimis itu lama-kelamaan menjadi hujan yang cukup deras, sehingga
hawa pagi itu menjadi semakin dingin. Di luar pun, beberapa orang
menghentikan sepeda motornya untuk mengenakan jas hujan, lalu kembali
meneruskan perjalanannya. Kecuali beberapa pejalan kaki yang terus
berjalan sambil berusaha menghindari hujan, ada juga dua orang
pengendara motor yang memilih untuk berteduh sebentar di depan tokonya.
Salah seorang pengendara motor itu, kelihatannya seorang mahasiswa
yang hendak pergi kuliah dan tidak membawa jas hujan. Pemuda itu memilih
untuk berteduh di depan tokonya, sambil melihat-lihat dari luar ke
dalam toko mainan Deborah. Tak lama kemudian, ia masuk ke toko itu,
sambil terus melihat-lihat mainan yang ada. Melihat ada tamu yang masuk
ke tokonya, Deborah langsung mempersilahkan pemuda itu dan menghentikan
pekerjaannya menghitung laba.
“Ada yang bisa saya bantu?” tanya Deborah.
“Oh, maaf kebetulan saya kehujanan dan berteduh di depan, saya baru
ingat kalau saya memerlukan spare parts untuk mobil remote control saya
dirumah” jawab pemuda itu.
“Wah, kalau spare parts remote control, kebetulan disini cukup lengkap,
kalaupun di etalase kosong, mungkin bisa saya carikan di gudang”. Ujar
Deborah.”Memangnya bagian apa yang diperlukan?”
“Saya butuh dinamo dan ban untuk mobil remote control saya dirumah,” jawab pemuda itu.
Sambil menerangkan jenis yang dicarinya ia terus mengamati Deborah
yang sedang mengecek buku inventarisnya. Ia baru saja menyadari, bahwa
lawan bicaranya itu ternyata sangat menggoda dan membangkitkan
gairahnya. Terutama di pagi hari yang sangat dingin itu. Melihat keadaan
toko yang sepi itu, ia ingin mencoba mencari kesempatan di dalam
kesempitan. Ia pun berusaha berkenalan dengan Deborah.
“Oya, kenalkan nama saya Anto,” pancing pemuda itu.
“Oh, saya Deborah,” balas Deborah.
“Saya mesti panggil Mbak atau tante nih?” tanya Anto lagi.
“Terserah deh! Enaknya Dik Anto aja gimana,” jawab Deborah.”Wah,
sepertinya dinamo yang untuk model itu disini sudah habis, saya memang
nggak menyimpan stok banyak, karena kurang banyak peminatnya”.
“Yah, sayang sekali.. Apa di gudang juga sudah habis?” pancing Anto.
“Oh iya, saya hampir lupa, sebentar saya coba carikan,” lanjut Deborah
sambil mengunci mesin kas-nya dan beranjak keluar meja kasir ke arah
gudang di lantai dua toko itu.”Dik Anto tunggu sini sebentar ya?”.
Saat melihat Deborah berdiri dan berjalan, gairah Anto semakin
meluap. Terlebih lagi ketika ia mengamati Deborah menaiki tangga kayu
itu, matanya semakin nakal melirik ke arah bongkahan pantat Deborah yang
terbungkus rok jeans mini. Entah keberapa kalinya ia menelan ludah,
sejak ia pertama kali melihat tante itu. Dan entah desakan dari mana
yang membimbing Anto mengikuti Deborah, naik ke lantai dua. Ia kemudian
memegang pegangan tangga, untuk mengikuti tante itu, sambil mendongak ke
atas melihat Deborah yang masih menaiki tangga itu. Terlihat jelas oleh
matanya, Deborah saat itu mengenakan celana dalam hitam berenda dan
samar-samar memperlihatkan gundukan putih menggiurkan yang ditumbuhi
bulu-bulu halus. Pemandangan itu membuat nafasnya semakin naik turun.
Perlahan-lahan agar tak terdengar oleh tante itu ia mulai meniti anak
tangga, hingga akhirnya ia sampai ke lantai dua yang merupakan gudang
di toko itu. Ia menghampiri Deborah yang sedang berjongkok mengaduk-aduk
sebuah kardus. Anto mengendap-endap ke belakang Deborah, kemudian
berdiri tepat di belakang Deborah, menunggu tante itu berdiri.
Tak lama kemudian, kelihatannya Deborah sudah menemukan apa yang di
carinya, setelah menaruh kembali kardus itu ke tempat semula, ia pun
berdiri, dan langsung dikejutkan oleh kehadiran Anto di hadapannya.
“Lho..” Belum sempat Deborah menyelesaikan kalimatnya, Anto langsung
memeluk Deborah, sambil membungkam mulut tante itu dengan tangannya.
Otomatis Deborah meronta dan berusaha berteriak, sambil memukuli
punggung Anto. Akan tetapi, hal itu sia-sia belaka, tangan Anto yang
lebih kuat semakin mendekap tubuhnya dan membungkam mulut Deborah.
Hingga akhirnya Deborah sadar bahwa usaha apapun yang dilakukannya akan
sia-sia. Tubuh montoknya pun menjadi lemas.
Melihat Deborah sudah menjadi lemas, Anto mengendurkan dekapan dan
bungkaman pada bibir Deborah. Ia langsung menciumi bibir tante itu,
dilumatnya habis wajah Deborah. Diciumi dan dijilatinya wajah cantik itu
sambil nafasnya tersengal-sengal penuh nafsu.
“Aa.. Apa yang kau lakukan?? Kurang ajar kamu!” bisik Deborah terpatah-patah karena ketakutan.
“Tenang Tante.. Jangan takut, Tante nurut aja.. Lagi pula teriakan Tante
nggak akan terdengar karena derasnya hujan,” jawab Anto sambil terus
menciumi bibir Deborah dan tangannya sudah mulai menjamah bagian buah
dada tante itu.
“Jjja.. Ngann.. Please.. Kenapa kamu nggak nyari perempuan yang lebih
muda aja?” Pinta Deborah sambil berusaha menepis tangan Anto yang sudah
mulai meremas lembut puting kirinya yang masih terbungkus bra dan
blouse dari luar.
“Kalau kamu mau uang, ambil aja di kassa.. Tapi jangan seperti ini.. Please..”
“Aku mau Tante aja.. Sudah deh, Tante nurut aja.. Ntar pasti Tante
nikmatin juga. Percaya deh!” bisik Anto di telinga Deborah, sambil
kemudian dijilatinya telinga yang putih kemerahan itu.
“Mmmhh.. Tante begitu harum.. Kulit Tante mulus dan wangi..” sambung
Anto sambil terus menggerayangi buah dada dan lengan Deborah. Deborah
enggan mengakui kalau ia merasa tersanjung oleh kata-kata pemuda yang
sedang mencoba memperkosanya itu, tetapi hati kecilnya tergoda juga oleh
kata-kata pemuda itu.
Sambil mendorong tubuh Deborah agar rebah ke lantai, tangan Anto kini
mulai berpindah ke daerah perut Deborah, yang kelihatannya sudah
semakin tak berkutik. Direnggutnya blouse tante itu ke atas, dan
terpampanglah perut yang putih mulus, walaupun agak sedikit gemuk,
tetapi tak mengurangi keseksian tante itu. Ciuman-ciuman Anto kini mulai
turun ke leher, buah dada yang masih terbungkus pakaian, dan akhirnya
mulai menggerayangi perut dan pusar Deborah.
Rupanya ciuman Anto di bagian perut dan permainan lidah di pusarnya
itu lama kelamaan menimbulkan kegelian yang amat sangat. Tak munafik,
Deborah menikmati hal itu. Teriakannya berangsur-angsur berubah menjadi
desahan. Tangannya yang berusaha mendorong tubuh Anto, sekarang sesekali
meremas rambut Anto dan menekan kepala Anto semakin dalam dan merapat
dengan tubuhnya. Saat ini yang ada hanyalah erangan-erangan kecil dari
mulut Deborah yang sedang di permainkan oleh lidah nakal Anto.
“Ssshhtt.. Jjjangann.. Llleppasskanhh.. Aaauuhhff..” bisik Deborah kegelian.
Deborah pun akhirnya dilanda kebimbangan karena di satu sisi ia
merasa harus mempertahankan dirinya agar tidak diperkosa oleh pemuda
itu, di lain sisi ia mulai menikmati permainan yang sedikit kasar itu.
Sementara itu, tanpa disadarinya tangan Anto sudah berhasil
menyingsingkan rok mininya ke atas, dan tangan pemuda itu sudah mulai
menggerayangi daerah kemaluan Deborah.
“Nngghh..” tak sadar Deborah melenguh nikmat.
Tangan kekar itu tak henti-hentinya mengelus-elus bukit kenikmatannya
dari luar celana dalamnya yang sudah mulai basah. Ciuman pemuda itu pun
tak henti-hentinya menggerayangi bibir, leher dan buah dadanya yang
montok dan masih terbungkus bra hitam berendanya itu.
“Ahh.. Sshh..” lenguh Deborah.
Deborah semakin menikmati kenakalan pemuda itu. Saat ini ia justru
mengharapkan agar pemuda itu semakin berbuat kurang ajar padanya.
Matanya mulai terpejam seiring dengan semakin membanjirnya lendir
kenikmatan di vaginanya. Pikirnya, pemuda itu memang tahu caranya
memanjakan wanita. Deborah pun sudah tak merasa bahwa dirinya akan
diperkosa. Ia justru mendambakan sentuhan pemuda itu.
Jemari Anto bermain di pinggiran celana dalam Deborah. Diusap-usapnya
jahitan pinggir celana dalam hitam berenda yang semakin basah itu.
Sesekali jemari nakalnya menyelip masuk ke dalam celana dalam itu sambil
mengusap lembut gundukan yang ada di dalamnya. Usapan jemari Anto pada
jahitan renda pinggiran celana dalam Deborah menimbulkan suatu sensasi
dan rangsangan yang sangat dinikmatinya. Jahitan dari motif renda yang
tak rata itu menyebabkan jemari Anto yang bermain diatasnya seakan-akan
menggaruk-garuk daerah sekitar vaginanya. Terlebih saat Anto memang
sengaja menggaruk bagian itu dengan kukunya. Hal ini membuat Deborah
semakin tak kuasa untuk menahan lendir kenikmatannya yang semakin
membanjiri daerah itu.
“Aughh.. Nakal kamu ya!” jerit Deborah saat merasakan jari telunjuk
pemuda itu menyelip masuk dan mengusap lembut labium mayoranya.
Sesaat telunjuk pemuda itu keluar dari dalam celana dalam Deborah, ia
langsung menyodorkan jemari yang dibasahi oleh lumuran lendir
kenikmatan Deborah itu ke bibir seksi tante itu. Dan langsung saja
Deborah menyambut dan mengulum telunjuk yang penuh dilumuri oleh lendir
kenikmatannya sendiri itu dengan penuh nafsu. Anto sendiri tak
henti-hentinya menggerak-gerakkan telunjuknya yang sedang dikulum
Deborah seakan-akan ingin mengorek-ngorek bagian dalam mulut wanita itru
dengan lembut.
Melihat tante itu menjilati telunjuknya dengan penuh nafsu, Anto
langsung mendekati bibir wanita itu, berharap agar masih ada sisa lendir
kenikmatan wanita itu dalam mulut seksinya. Deborah agaknya mengerti
oleh apa yang diinginkan pemuda itu. Ia langsung mengumpulkan ludah
dalam mulutnya yang memang masih bercampur dengan lendir kenikmatannya,
kemudian disodorkannya ludahnya itu dengan bibir sedikit terbuka penuh
gairah. Anto langsung melumat gemas bibir Deborah. Dikecap-kecapnya
sebentar ludah tante itu dalam mulutnya, kemudian ditelannya penuh
nafsu.
Dari bagian 1
Melihat kelakuan pemuda itu, Deborah menjadi semakin terbakar oleh
nafsu. Ia semakin lupa pada keadaan dirinya yang hendak diperkosa. Dan
agaknya keadaan itu sekarang telah berubah menjadi keinginan untuk
sama-sama saling memuaskan karena Deborah sudah mengabil posisi
telentang dengan pahanya agak terbuka. Deborah langsung menarik kepala
pemuda itu, diciuminya bibir pemuda itu dengan penuh gairah. Kemudian
dijambaknya rambut Anto sambil didorongnya kepala pemuda itu agar
mulutnya mengarah ke vaginanya. Anto yang memang sudah terbakar oleh
nafsu sejak pertemuan di meja kasir tadi, langsung saja menuruti
keinginan Tante itu.
Tanpa membuka celana dalam Deborah, ia langsung menjilati vagina
Deborah dengan hanya cukup menarik pinggiran berenda celana dalam Tante
itu di sekitar vaginanya. Dijilati dan digigitnya dengan penuh nafsu
vagina itu sambil kepalanya terus dipegang dan dijambaki oleh Deborah.
Rupanya Deborah tak cukup hanya dipuaskan dengan jilatan-jilatan liar
Anto, ia juga ingin mendusal-dusalkan wajah pemuda itu pada vaginanya.
Hingga tak lama kemudian, Anto merasakan daerah sekitar selangkangan
Tante itu bergetar, dan makin lama getaran itu makin hebat, hingga tak
lama kemudian, saat ia sedang menggigit-gigit kecil klitoris Tante itu,
diiringi teriakan liar Deborah.
“Ooghh iiyyaahh.. Terrusshh.. Mmmppffhh.. Ghhaahh..” Racau Deborah. Hingga tak lama kemudian, “Crroottss..”
Wajah Anto langsung tersembur oleh cairan yang hangat dan kental yang
berasal dari dalam liang vagina Deborah. Rupanya Saat itu Deborah baru
saja mengalami orgasme yang cukup banyak di awal permainan mereka. Dan
langsung saja, tanpa diberi komando, dengan lahapnya Anto menjilati dan
meraupi lelehan lendir kenikmatan yang tak henti-hentinya meleleh dari
dalam vagina Tante itu. Hal ini tentunya membuat Deborah yang baru saja
mencapai orgasme dilanda rasa geli yang amat sangat.
“Hhhaahh ssttoopp!! Sttoopp!! Ghiillaahh.. Ohh Sttoopp Sshh..” teriak
Deborah sambil berusaha menjauhkan selangkangannya dari wajah pemuda
itu.
Tetapi Anto justru tak mau memindahkan mulut dan jilatannya sedikit
pun dari vagina yang sedang dibanjiri cairan nikmat itu. Ia terus
mengumpulkan lendir Deborah di dalam mulutnya dan kemudian langsung
menelannya dengan rakus. Mulut dan wajah pemuda itu belepotan oleh
lendir Deborah. Setelah Anto merasa bahwa vagina Deborah telah bersih
kembali, ia langsung beranjak ke arah bibir Deborah, dengan masih
mengulum lendir dari vagina Tante itu ia menyuapkannya kebibir seksi di
hadapannya. Deborah langsung mengerti apa yang akan dilakukan Anto. Ia
langsung membuka bibir seksinya seraya berkata,
“Ludahkan! Ludahkan padaku Sayang!”.
Pintanya dengan tatapan sayu menggairahkan sambil meremas-remas lembut payudaranya sendiri.
“Ooohh.. Ssshh..”
“Cuhh..” Anto langsung meludahkannya ke dalam mulut Tante itu. Dan langsung disambut dengan desahan bergairah Deborah.
“Mmmhh.. Nikmatthh,” bisik Deborah setelah menelan lendir kenikmatannya sendiri dengan rakus.
Anto yang semakin terbakar gairahnya melihat adegan itu langsung
melucuti pakaiannya sendiri. Sejak melihat tubuh molek Tante itu ia
memang tak sabar untuk memasukkan penisnya ke dalam vagina sang Tante
dan menggarapnya penuh nafsu. Setelah dirinya telanjang bulat, ia
berdiri sejenak dihadapan sang Tante sambil mengacung-acungkan penisnya
yang sejak tadi telah menegang penuh dihadapan Deborah.
“Woow..” kagum Deborah sambil mengarahkan tangannya untuk menggenggam penis itu.
“Aaahh.. Tanteehh..” bisik Anto saat jemari Tante itu menggenggam dan meremas lembut penisnya.
Deborah langsung mengocok penis digenggaman tangan kanannya itu
dengan penuh kelembutan. Sementara itu tangan kirinya mengusap-usap
vaginanya sendiri yang mulai basah kembali. Rupanya ia pun tak sabar
ingin digarap oleh pemuda itu. Dipindahkannya tangan kirinya yang sudah
dibasahi lendir kenikmatannya ke penis Anto, dan dibalurinya penis yang
menegang keras itu dengan lendirnya.
“Aaahh.. Angett Tantee..” Bisik Anto sambil memejamkan matanya.
“Hhhmm?? Anget? Aku punya yang lebih panas Sayang!” Tantang Deborah
sambil mengarahkan bibir seksinya ke penis pemuda itu. Dan langsung
dikulumnya penis dihadapannya dengan penuh nafsu.
“Ngghh.. Mmmhh..” Desahnya.
“Ooohh.. Iyaahh terusshh Tanteehh.. Ssshh..” Anto pun semakin meracau tak karuan.
Deborah menemukan kenikmatan yang lebih memacunya untuk terus
mengerjai penis pemuda itu karena ia mencium dan merasakan aroma dan
basah dari lendir kenikmatan yang berasal dari vaginanya sendiri. Dan
itu membuatnya semakin liar menjilati benda yang panjang dan panas itu.
“Mmmhh.. Ssshh..” Bisik Anto tak henti-hentinya sambil mengacak-acak
rambut Tante itu, sehingga rambut merah ikal Deborah yang semula diikat
ke atas menjadi acak-acakan dan terlihat sangat menggairahkan.
Deborah berhenti sejenak dari kegiatannya mengelomoti penis pemuda
itu, sambil teros berjongkok dihadapan Anto, ia menengadah menatap wajah
pemuda itu dengan tatapan sayu penuh gairah. Melihat wajah Tante-Tante
yang sedang terbakar oleh gairah seperti itu membuat Anto semakin tak
sabar untuk segera menggarap Tante itu. Diacak-acaknya rambut Deborah
dengan gemas.
“Kau ingin lebih panas Sayang? Hhmm?” Tantang Deborah dengan tatapan penuh nafsu..
“Siksa aku Tante! Siksa aku dengan tubuhmu!” Pinta Anto sambil terus mengacak-acak rambut Deborah.
“As you wish honey!” jawab Deborah sambil melucuti kancing blousenya dan rok spannya sendiri.
Deborah yang saat ini tinggal mengenakan bra dan celana dalam hitam
berendanya kembali mengerjai penis Anto. Dikulum-kulum dan dijilatinya
batang kemaluan pemuda itu hingga penis itu basah dilumuri oleh ludahnya
sendiri. Deborah semakin menggila dan liar. Sampai-sampai bola matanya
nyaris berputar kebelakang saat ia mengelomoti batang yang menegang dan
panas itu. Sesekali digigitinya urat-urat kemaluan Anto yang
menonjol-menonjol akibat tegangnya penis itu hingga pemuda itu meringis
kesakitan.
Anto yang semakin tak sabar dan terbakar oleh gairah langsung saja
menarik tubuh Tante itu agar berdiri dihadapannya, dan langsung saja
Deborah menyerang bibir pemuda itu dengan penuh nafsu. Digigitinya pula
bibir dan lidah Anto. Ia memang benar-benar sudah terbakar oleh nafsu.
“Tante, aku sudah nggak tahan nih!” pinta Anto sambil membalas kecupan-kecupan liar Tante itu.
“Aku juga Sayang! Cepat kerjai vaginaku To!” balas Deborah dengan
tatapan sayu memelas penuh nafsu.”Sebentar kubuka BH dan celana dalemku
dulu ya Honey!? Sabar Sayang!”.
“Nggak usah Tante! Aku suka ngeliat Tante Cuma pake pakaian dalem gitu,”
pinta Anto, “Tenang aja, tetep nikmat kok!” sambungnya menenangkan
Deborah sambil meremas-remas lembut gumpalan daging putih yang masih
terbungkus bra hitam renda itu.
Anto langsung mendorong tubuh montok Tante itu agar membelakangi
tubuhnya, kemudian diaturnya agar tubuh Deborah menungging. Deborah
langsung menyadari, rupanya pasangannya ini ingin mengerjainya dalam
posisi doggie style terlebih dahulu. Ia langsung mengambil ancang-ancang
doggie style, bongkahan pantatnya yang montok mulus itu menghadap Anto,
siap untuk dikerjai. Dengan paha yang lebarkan Deborah terlihat sangat
menggairahkan saat itu.
Dan hal ini semakin membuat Anto terangsang dan tak sabar. Pemuda itu
langsung mengarahkan penisnya yang sudah benar-benar panjang dan tegang
tepat ke arah vagina Tante itu. Tetapi saat ia melihat bongkahan pantat
putih mulus dan montok yang masih terbungkus celana dalam hitam itu
timbul keinginannya untuk menjilati liang anus Tante itu. Dan langsung
saja ia menunduk ke arah pantat Deborah yang sedang menungging dan tak
mengetahui bahwa Anto akan mengerjai anusnya terlebih dahulu, kemudian
ditariknya celana dalam Deborah yang menutupi bagian vagina dan anusnya
ke sebelah kanan tanpa membuka celana dalam itu, hingga tiba-tiba..
“Aaahh..”
Deborah merasakan sesuatu yang hangat dan basah mengusap liang
anusnya dan Tante itu langsung saja merasakan geli yang amat sangat.
“Kau apakan tadi To?”
Desah Deborah sambil menengok kebelakang, dan ia langsung mendapati
pemuda itu sedang menjilati dan menciumi pantat dan anusnya dengan
begitu rakus.
Deborah benar-benar semakin menikmati permainan liar ini.
Digeleng-gelengkannya kepalanya kesana kemari sampai rambutnya semakin
acak-acakan. Dan pemandangan itu benar-benar sangat merangsang. Entah
untuk keberapa kalinya kedua bola matanya itu nyaris berputar ke
belakang saat tubuhnya mendongak ke atas mengimbangi kenikmatan yang ia
dapatkan dari Anto.
Sementara itu Anto semakin giat saja mengerjai anus Tante itu. Entah
keberapa kalinya ia membuat Deborah berteriak dan meringis kesakitan
saat ia menggigit gemas bongkahan pantat Tante itu. Lidah pemuda itu
menyapu-nyapu dari atas ke bawah, dari anus Deborah turun ke liang
vagina Tante itu. Hal ini tentu saja semakin membuat Deborah
menggelinjang kenikmatan.
Tangan Deborah yang kanan berpegangan ke rak mainan disampingnya
sementara tangan kirinya sibuk meremasi sendiri buah dadanya yang masih
terbungkus bra hitam itu. Dipuntir-puntirnya sendiri putingnya yang
masih ada dalam bungkus renda itu. Gesekan yang ditimbulkan oleh renda
dan jemari tangannya pada putingnya benar-benar menambah rangsangan pada
dirinya. Deborah semakin menggila, ia ingin dijadikan budak seks oleh
Anto.
“Ooocchh.. Yaahh.. Ssshhtt..” racau Deborah, “Terus ssaayyaang.. kkeerrjaaii akkuuhh.. oohh”
Tak henti-hentinya ia meremas payudara dan menjambaki rambutnya sendiri.
“Oh Tante.. Pantatmu begitu mulus.. Liang vaginamu begitu harum
Tante..” racau Anto sambil terus menjilati anus dan vagina Deborah,
mengeluar masukkan lidahnya ke dalam liang vagina dan anus Deborah
bergantian.
Tiba-tiba Deborah merasa ada sesuatu yang akan meledak lagi dari
dalam selangkangannya. Tubuhnya tergetar hebat. Anto pun merasakan
vagina dan daerah selangkangan Tante itu mengejang dan bergetar hebat.
Dan ia langsung menyadari bahwa Tante itu akan segera mendapatkan
orgasme lagi, sehingga pemuda itu semakin mempercepat rangsangannya pada
daerah selangkangan Tante itu, sampai tiba-tiba saat Anto menusukkan
lidahnya pada vagina Deborah dalam-dalam, Tante itu tersentak sambil
berteriak..
“Ooocchh.. Aaacchh.. Ggghhaahh.. Sshhiitt!!” racau Deborah dengan
liarnya, dan.. crootss.. Untuk kedua kalinya wajah Anto tersembur oleh
cairan kenikmatan yang muncrat dari dalam vagina Deborah.
“Ahh Ghiillaa..” teriak Deborah sambil tubuhnya mengejang dan kedua
tangannya berpegangan pada rak dan lantai, kakinya direnggangkan penuh
seakan-akan ia ingin memeras lebih banyak cairan yang keluar dari dalam
rahimnya itu. Beberapa menit kemudian tubuh montoknya langsung terkulai
lemas berpegangan rak mainan di gudang itu dan mungkin karena tak kuat
menahan sisa-sisa orgasmenya ia langsung terjatuh ke lantai karena
seluruh persendiannya seakan-akan lepas dan sangat lemas.
Anto pun menghentikan kegiatannya untuk memberikan kesempatan
istirahat pada Deborah. Tetapi ia tak menghentikan ciuman-ciuman dan
jilatan pada daerah sekitar selangkangan Tante itu karena ia ingin
membersihkan dan mereguk lagi lendir kenikmatan yang terus menetes dari
dalam vagina Deborah.
“Aaacchh.. shhtt.. gelii Sayang.. ohhff.. Hentikann!!” desah Deborah
saat Anto menjilat-jilati sekitar vaginanya yang masih terasa sangat
peka.
“Mmmffhh.. Ohh yaahh.. Banjir Sayang?” bisik Deborah sambi melirik pada
Anto yang terus mengerjai vaginanya yang masih berdenyut-denyut itu.
“Hmm.. Tante mau? Wangi banget Sayang!” jawab Anto sambil nafasnya tersengal-sengal penus nafsu.
“Mmmhh sini Sayang!” pinta Deborah sambil menarik rambut Anto agar mendekati menaiki tubuhnya.
Rupanya ia ingin menikmati lendir kenikmatannya lagi dari mulut
pemuda itu. Anto langsung menuruti permintaan Deborah, lagi pula ia
semakin tak sabar ingin menaiki tubuh montok dihadapannya itu.
Perlahan-lahan ia menindih tubuh Deborah yang masih mengenakan pakaian
dalamnya. Gesekan yang ditimbulkan oleh pakaian dalam Deborah yang
berenda dengan tubuh Anto menimbulkan suatu sensasi yang merangsang
gairah Anto.
“Kemari Sayang, naiki tubuhku! Merapatlah padaku To! Hsshh..” pinta Deborah sambil menarik dan memeluk rapat tubuh Anto.
Mulut Anto yang masih mengulum cairan kenikmatan dari vagina Deborah
langsung diarahkannya ke bibir Deborah yang sedang membuka seksi.
“Mmmhh..” desah Tante itu saat bibir Anto memagut bibirnya sambil meludahkan lendir kenikmatan dari vagina Deborah.
“Mmmhh Tante..” bisik Anto sambil mempererat dekapannya pada tubuh
montok Deborah yang terasa makin panas dihari yang dingin itu, hal itu
pun makin menimbulkan rangsangan pada tubuh Anto sehingga penisnya pun
semakin menegang minta dipuaskan.
“Hmm.. Ada yang tegang tuh di bawah!” bisik Deborah seusai menelan habis cairan kenikmatan yang disodorkan Anto.
“Sudah siap Sayang?” tantang Anto sambil menciumi telinga dan leher Tante itu.
“Nnngghh.. Give me that Honey! Please..” pinta Deborah.
Langsung saja Anto bangun dari tubuh Deborah, kemudian
dipelorotkannya celana dalam hitam Tante itu, lalu diaturnya posisi kaki
Deborah agar mengangkang lebar. Terlihatlah dihadapannya vagina Deborah
yang merekah. Walaupun sudah berumur, tetapi vagina Tante itu masih
terlihat memerah segar, kontras dengan kulit Deborah yang putih.
Bulu-bulu disekitar vagina Deborah terpotong rapi, menandakan bahwa
Tante ini memang cukup memperhatikan organ kewanitaannya tersebut.
Pemandangan itu semakin membuat Anto tak henti-hentinya menelan ludah.
Dikocok-kocoknya penisnya sebentar, kemudian diarahkannya langsung ke
vagina Deborah, digesek-gesekkannya di bagian labium mayora Deborah.
Rupanya ia ingin menggoda Tante itu sebentar.
“Cepat To! Masukkan penismu! Aku nggak sabar Sayang! Please..” racau
Deborah sambil meremasi buah dadanya yang masih terbungkus BH hitam
berenda itu.
“Hmm.. Nggak sabar ya Tante? Tadi katanya nggak mau?” goda Anto sambil
terus menggesekkan penisnya naik turun pada vagina Deborah.
“Ooohh Shit! Persetan dengan tadi! Pokoknya aku mau penismu didalam vaginaku sekarang! Ayo dong Sayang!?”
Rupanya Deborah sudah semakin tak sabar dan mempersetankan segalanya.
“Mmmhh.. Oohh.. ”
Anto rupanya memang sengaja ingin mengalihkan perhatian Tante itu. Ia
ingin mempermainkan Deborah, dan membuat Tante itu terlena dengan
sumpah serapahnya, sampai tiba-tiba, saat Deborah tak menyadarinya..
Bless..
Melesaklah penis Anto yang besar, panjang dan panas berdenyut-denyut
itu perlahan-lahan ke dalam vagina Deborah. Kejutan ini benar-benar
mengagetkan Deborah. Kedua matanya melotot nyaris keluar. Entah karena
kenikmatan yang dirasakannya atau karena rasa kagetnya, tetapi yang
pasti ia sangat menikmatinya.
“Ooohh.. Gila kamu! Kenapa nggak bilang-bilang? Aaahh.. Ssshhtt.. Gillaahh.. Mmmhh..” racau Deborah.
Kali ini ia benar-benar merasakan kehebatan penis Anto. Denyutan
penis Anto dalam vaginanya itu seakan-akan memompa lendir kenikmatannya
semakin banyak keluar dari dalam vaginanya. Anto rupanya sengaja
membiarkan pinggulnya tak bergoyang dahulu. Ia ingin menikmati saat-saat
pertama kalinya penisnya itu berada dalam relung vagina Tante itu.
Penis itu terus berdenyut-denyut keras di dalam vagina Tante itu.
Begitupun dengan vagina Deborah yang terus berkontraksi memijat-mijat
benda asing yang sedang berada dalam relung kewanitaannya itu. Kedua
mata mereka terpejam erat menikmati sensasi yang mereka rasakan. Sambil
menikmati denyut demi denyut dari dalam vagina Deborah, Anto
meremas-remas bongkahan pantat Tante itu penuh nafsu, tingkahnya mirip
seorang anak kecil yang baru saja mendapatkan mainan.
Kenakalan Anto itu tentunya semakin membuat Deborah menggelinjang tak
karuan. Denyutan vaginanya pun makin menggila, sehingga otomatis penis
Anto semakin merasakan kenikmatan. Keduanya saling berciuman. Berpagutan
dengan liarnya tiada henti. Deborah menggigiti lidah dan bibir Anto
sambil terus menekan dan membuat jepitan dalam vaginanya. Tante itu
rupanya sudah berubah menjadi liar dan buas. Sesekali Deborah meludahkan
air liurnya ke dalam mulut Anto yang sedang tergagap-gagap kenikmatan.
Dikumur-kumurnya liur Tante itu oleh Anto sebelum ditelannya.
Perlahan-lahan Anto mencabut penisnya dari dalam vagina Deborah. Ia
tak ingin melakukannya tergesa-gesa. Gesekan penisnya yang dilakukan
perlahan namun pasti itu benar-benar menimbulkan sensasi yang
menggilakan. Deborah semakin terpejam dan bibirnya yang dibalut lipstik
merah menyala itu semakin terbuka seksi.
“Ooohh.. Mmmhh..” desah Tante itu mengiringi gesekan penis pemuda itu dalam vaginanya.
“Tann.. Tttee.. Aahh.. Ssshh.. Nikkmaatthh.. ” balas Anto.
“Iyyaahh.. Terushh Too.. ” bisik Deborah.
Dicabutnya perlahan penis itu oleh Anto hingga keluar dari dalam
vagina Deborah. Hal ini menimbulkan kekecewaan yang besar dalam hati
Deborah. Ia masih menginginkan penis itu berada dalam relung
kewanitaannya, mengobok-obok vaginanya penuh nafsu, ia ingin menduduki
penis itu hingga melesak jauh ke dalam vaginanya, ia ingin dijadikan
budak nafsu pemuda yang baru saja dikenalnya itu, ia semakin
mempersetankan semuanya. Sementara itu dengan senyum penuh menggoda,
Anto hanya memandangi wajah kecewa Deborah sambil mengocok-ngocok
penisnya yang basah dibaluri lendir kenikmatan dari dalam vagina
Deborah.
“Please.. Too.. Kerjai aku lagi Sayang! Perkosa aku sekarang juga!” racau Deborah makin tak karuan.
Kali ini jemari lentiknya menggantikan penis Anto bermain di sekitar
kemaluannya. Digosok-gosoknya vaginanya yang semakin terasa gatal itu.
Deborah benar-benar menginginkan penis Anto. Sambil mengelus-elus dan
mengeluar masukkan jari tangan kanannya ke dalam vaginanya, ia terus
menggelinjang dan merintih. Sementara itu tangan kirinya tak
henti-hentinya meremas-remas payudaranya sendiri.
“Please.. Too.. Garap akuuhh.. Perkosa akuuhh.. Hamili aku! Perlakukan aku sesukamu Sayang! ” racau Deborah makin menggila.
Anto terus menggoda Tante itu, sambil mengocokkan penisnya di hadapan
Deborah. Hal ini tentunya makin membakar gairah Deborah. Dirinya
semakin mendesis-desis dan menggeliat tak karuan.
Tak kuat melihat pemandangan menggiurkan di hadapannya, Anto langsung
mendekati Deborah, memeluk tubuh montok Tante itu dan menindihnya penuh
nafsu. Bibir seksi Deborah langsung menyambut pagutan panas pemuda itu.
Dihisapnya lidah nakal Anto yang langsung menjilati seluruh permukaan
bibirnya. Deborah begitu menikmati sensasi permainan ini.
Ia semakin melupakan kejadian pemerkosaan tadi dan justru semakin
dibuat menggila oleh pemuda itu. Tak terhitung lagi berapa kali lendir
pelumas keluar dari dalam vaginanya yang semakin terasa panas bila
bergesekan dengan paha atau penis Anto. Rupanya Anto pun menyadari hal
ini. Ia telah berhasil membakar gairah Tante itu sepanas-panasnya. Dan
ia pun semakin tak sabar untuk mendorong masuk lagi penisnya ke dalam
vagina Tante itu.
“Aku nggak kuat lagi Sayang! Kumasukkan sekarang ya!?” pinta Anto
sambil menciumi wajah Deborah, sementara tangan kanannya mengocok
penisnya yang telah menegang penuh tepat diantara selangkangan Deborah
yang mengangkang lebar.
“Gila kau Sayang! Kenapa nggak dari tadi? Aku juga sudah nggak kuat! Cepat masukkan Thoo! Ssshh..” racau
Deborah sambil mengangkat pinggulnya mengarahkan vaginanya yang merah
basah, kontras dengan kulit putih mulusnya mendekati penis Anto yang
menegang dipenuhi urat-urat.
Dan tak lama kemudian.. Blesshh.. Melesaklah penis itu ke dalam vagina Deborah perlahan-lahan.
“Ssshh.. Ooohh.. Teruusshh Sayang.. Mmmhh” bisik Deborah sambil
mulutnya menganga lebar dan matanya terbelalak, pertanda ia amat
menikmati penetrasi itu.
“Tantee.. Nnngghh..” desah Anto menyertai gerakan pinggulnya mendorong
masuk penisnya perlahan-lahan ke dalam vagina Deborah. Ia amat menikmati
setiap inci rongga vagina Deborah yang dilewati penisnya. Vagina itu
begitu kenyal, panas, basah dan terasa berkedut-kedut seakan-akan sedang
memijat penisnya yang sedang berada di dalamnya.
Saat penisnya sudah berada penuh didalam vagina Tante itu, tanpa
membuat gerakan apapun, keduanya menikmati sensasi demi sensasi yang
mereka rasakan. Tanpa langsung mengocokkan penisnya, Anto menciumi
seluruh bagian tubuh Deborah yang berada dalam jangkauannya bibir dan
lidahnya. Dipilinnya puting Tante itu dengan menggunakan giginya.
Diseruputnya berulang-ulang puting itu penuh nafsu. Sesekali ia
menyupang buah dada Tante itu, sehingga disana-sini meninggalkan garis
merah yang kontras dengan warna putih kulit payudara Deborah.
Keduanya semakin terbakar gairah, hingga di satu saat, keduanya tak
kuat lagi menahan nafsu yang tertahan, tanpa dikomando oleh salah satu
dari mereka, baik Anto maupun Deborah membuat gerakan yang mengejutkan
dengan sama-sama mengangkat pinggul mereka sejauh mungkin tetapi tanpa
melepaskan ujung penis Anto, kemudian secara berbarengan keduannya
saling menghujamkan pinggul dan selangkangan mereka.
“Aaahh yyhhaahh.. Ssshh..” teriak Deborah saat penis Anto melesak
masuk dengan cepat ke dalam vaginanya dan mentok menabrak dinding
rahimnya.
“Ggghhaahh.. Oooffhh.. Mmmhh..” racau Anto tak kuat menahan suaranya sendiri.
Kemudian keduanya langsung saling berlomba mengayunkan pinggul
mereka. Anto yang sudah menahan nafsu sejak tadi langsung memompa vagina
Deborah secepat mungkin. Begitupun dengan Deborah, ia mengangkangkan
selebar mungkin pahanya yang putih mulus dan mengimbangi gerakan pinggul
Anto dengan sedapat mungkin menyambut penis pemuda itu dengan vaginanya
bila ia merasakan pinggul Anto bergerak ke arahnya.
Keduanya langsung saja saling berlomba untuk memberikan yang terbaik
buat pasangannya dan saling mengejar meraih kenikmatan. Ruangan itu pun
langsung dipenuhi suara erangan kenikmatan keduanya diiringi decak becek
dari vagina Deborah dan sayup-sayup terdengar suara hujan yang makin
lama makin deras sehingga semakin menimbulkan hawa dingin yang justru
makin membuat keduanya terbakar nafsu.
Deborah begitu menikmati permainan pinggul Anto. Jujur saja dalam
hatinya ia mengakui bahwa permainan pemuda itu begitu hebat
sampai-sampai terkadang ia tak sempat mengambil nafas. Anto mengayunkan
pinggul begitu cepatnya seakan-akan ia sedang diburu-buru oleh suatu hal
sehingga ia ingin cepat-cepat mengakhiri permainan ini.
Erangan Deborah yang terbata-bata akibat serangan goyangan pinggul
Anto yang begitu cepatnya justru semakin membakar Nafsu Anto. Ia begitu
menikmati saat memandangi wanita yang sedang disetubuhinya itu mengerang
tak jelas dan kadang-kadang meneriakkan umpatan kasar dan jorok yang
secara tak sadar keluar dari mulut seksi Deborah yang sedang diperbudak
oleh gairah.
“Ooohh.. Masukkan penismu lebih dalam Sayang! Puaskan dirimu! Perkosa
aku! Hamili Aku! Aaahh.. Aahh.. Yyyiiaahh.. Mmmhh.. Ooohh..
Ttterrusshh.. Yyyaahh.. Therusshh.. Nnngghh.. SSsshshh..” racau Deborah
sambil kedua tangannya mempermainkan dan meremas payudaranya sendiri.
“Ooohh.. Tante.. Mmmhh.. Tannttee.. Nikmat banget Sayang! vaginamu nikmat banget Tante!!” racau Anto terbata-bata.
“Ttterruusshh.. Yyyiiaahh.. Mmmhh.. Perkosa aku! Aku pelacurmu Thoo.. Puaskan dirimu! Ayoohh..”
Deborah semakin menggelinjang tak karuan dan semakin menggila oleh nafsu.
“Ayoo Sayang.. Hamili aku! Perkosa aku! Aku budakmu Sayang! Teruss.. Ohh.. Ooohh.. Ghhaahh..”
Mereka bermain dengan posisi Deborah mengangkang lebar-lebar dengan
kakinya bertumpu pada rak mainan di kanan kirinya sambil kedua tangannya
terus bergerilya ditubuh Anto atau tubuhnya sendiri meremas-remas buah
dadanya dan menjambaki rambutnya sendiri. Sedangkan Anto terus bertahan
diatas tubuh Tante itu dengan lutut yang bertumpu ke lantai dan mulutnya
yang terus mengecupi seluruh bagian tubuh Deborah yang bisa
dijangkaunya.
Pinggulnya terus memompa vagina Deborah dengan tempo cepat sehingga
keduanya benar-benar bermandikan keringat. Sesekali Anto menjilati tubuh
Tante itu yang basah oleh keringat. Dijilatinya dengan keringat yang
bercampur dengan aroma parfum dari tubuh Tante itu. Mereka bertahan
dengan posisi itu selama beberapa menit sampai akhirnya Anto merasa
pegal di kedua lututnya karena terus menumpu bobot badannya. Tak lama
kemudian Anto mengajak Deborah untuk berganti posisi yang langsung
disetujui oleh Tante itu.
Kali ini Deborahlah yang menentukan posisi permainan mereka. Ia
langsung mendorong tubuh Anto agar berbaring dilantai yang dingin itu,
kemudian Tante itu langsung menggenggam erat penis Anto,
dikocok-kocoknya sebentar, kemudian dijilatinya penis yang basal
dilumuri oleh lendir dari vaginanya sendiri. Deborah begitu
menikmatinya. Dijilatinya hingga tak ada lagi sisa lendir dari vaginanya
yang menempel di penis Anto. Pemuda itu makin terangsang oleh permainan
Deborah. Ia benar-benar menikmati pemandangan Deborah yang sedang
menjilati lendir dari vaginanya sendiri tanpa rasa jijik.
Sepertinya Tante itu benar-benar haus akan kenikmatan. Tak ada bagian
dari batang kemaluan pemuda itu yang luput dari garapannya.
Sampai-sampai terkadang pinggul Anto dibuatnya mengangkat bila lidahnya
bermain menjilati bola kembar milik Anto dan menjilati lubang anus Anto.
Setelah penis Anto bersih dari lendir kenikmatannya, Deborah langsung
berdiri, memutar, mengambil posisi berlawanan dengan Anto, kemudian ia
berjongkok dengan posisi pantat dan vaginanya tepat dihadapan wajah
pemuda itu.
“Jilati Sayang! Puaskan rasa hausmu! Ssshh..” pinta Deborah penuh nafsu.
“Mmmhh.. Harum banget Tante! Sssllrrpp..” bisik Anto sambil memulai permainannya menjilati vagina dan anus
Deborah yang berjonkok tepat diatas wajahnya.
“Aaahh.. Ssshh.. Nikmatt Tttoo!! Terrusshh.. Iyyaahh.. Mmmppffhh..” racau Deborah.
Jemari Anto ikut memainkan vagina Deborah, sehingga sesekali Deborah
menjerit kecil bila ia merasakan 1, 2 atau 3 jari Anto masuk ke dalam
vaginanya.
“Aawww.. Nakal kamu To!” Jerit Deborah saat ia merasakan Anto menggigit klotorisnya.
Dan.. Seerr.. Langsung saja vaginanya bergetar hebat dan Deborah pun
mendapatkan orgasme entah keberapa kalinya, Tante itu pun semakin merem
melek dibuai permainan Anto. Anto yang menyadari bahwa Deborah baru saja
mendapatkan orgasmenya langsung mencaplok vagina dihadapannya, dijilati
dan dihisapnya kuat-kuat berharap agar ia pun mendapat jatah lendir
kenikmatan yang keluar membanjiri vagina Tante itu.
“Aaahh.. Ggghaahh.. Gellii Sayang! Ampun! Ooowww.. Mmmhh..” racau
Deborah, karena ia merasakan kegelian dan kenikmatan yang amat sangat
saat Anto menghisap-hisap dan menjilati vaginanya yang baru saja
merasakan orgasme itu.
Vaginanya semakin berkedut-kedut tak karuan. Deborah memejamkan
matanya erat-erat menikmati perasaan yang membuatnya melayang itu.
Ditengah-tengah buaian orgasmenya, antara sadar dan tak sadar ia merasa
ingin kencing dan tak kuat untuk menahannya. Perasaan kebelet kencing
itu benar-benar mendadak dan tak tertahankan, sampai-sampai..
“Sebentar Sayang! Ahh Stopp!” pinta Deborah sambil mengengkat pinggulnya menjauhi wajah Anto yang sedang didudukinya itu.
“Kenapa Tante?” Tanya Anto keheranan.
“Aku..”
Belum sempat ia menyelesaikan kalimatnya, tiba-tiba.. Serr..
Keluarlah air kencing Deborah dari dalam vaginanya langsung menyembur
wajah Anto hingga pemuda basah kuyup.
“Ahh.. Maaf!” ujar Deborah benar-benar merasa tak enak.
“Wow.. Mmmhh..”
Rupanya kejadian itu justru membuat Anto kegirangan dan langsung saja
mencaplok vagina Deborah yang masih mengangkangi wajahnya dan
sedikit-demi sedikit masih meneteskan air kencingnya. Diraup dan
diteguknya cairan yang masih menetes itu langsung dari sumbernya.
“Hei! Itu jorok kan!? Mmmhh.. Aaahh..” desis Deborah sambil menahan
geli karena tak henti-hentinya mulut Anto menyedot-nyedot vaginanya.
“Jorok? Nikmat banget Sayang! Tante mau?” ujar Anto sambil berusaha bangun setelah mengecup kecil klitoris
Deborah, langsng mendekati wajah tente keheranan Tante itu.
“Hmm.. Kayaknya nikmat juga deh! Sini Sayang!” pinta Deborah sambil
menarik wajah Anto dan langsng menjilati seluruh bagian wajah itu.
Bahkan ia sempat mencaplok dan menyedot sisa-sisa air kencingnya yang
dikulumkan oleh Anto untuknya.
“Hhh.. Nikmat Sayang! Aku benar-benar dibuat gila olehmu Sayang!” racau
Deborah sambil terus menjilati sisa-sisa air kencingnya sendiri yang
membasahi dada dan leher Anto. Dalam hatinya ia mengakui kelihaian
pemuda itu dalam membuai nafsunya. Belum pernah ia diperlakukan seperti
ini oleh siapapun, terlebih suaminya yang seringkali tak pernah
membuatnya puas seperti saat ini.
Setelah puas menjilati wajah, leher dan dada Anto yang berlepotan
dengan air sisa-sisa air kencingnya sendiri itu, Deborah langsung
bangkit berdiri, kemudian mengambil posisi mengangkangi penis Anto yang
masih menegang dengan gagahnya. Anto yang terlentang di lantai
memandangi tubuh montok Deborah yang membelakanginya dan saat ini tengah
mengarahkan selangkangannya tepat diatas penisnya. Dipandunya pinggul
Tante itu dengan memegangi bongkahan pinggul Deborah agar segera
melesakkan vaginanya dihadapan penis Anto.
Pemandangan dihadapan pemuda itu begitu menggiurkan. Bongkahan pantat
yang putih mulus, selangkangan yang sedang mengangkang lebar dan
perlahan-lahan turun mendekati penisnya, dan lubang anus yang
kemmerahan, kontras dentgan kulit putih mulus Deborah. Tak
henti-hentinya Anto menelan ludahnya sendiri. Ia benar-benar tak sabar
untuk menyatukan raga bagian bawah mereka lagi. Dan tanpa diduga,
ternyata Deborah memang sengaja mempermainkan Anto. Ia tak langsung
membiarkan penis dibawahnya itu melesak masuk ke dalam relung vaginanya.
Diputar-putarnya pinggul montoknya tepat di atas penis Anto, hingga
terkadang vagina atau lubang anusnya bergesekan dengan kepala zakar
milik Anto, yang semakin membuat Anto melenguh dan menggelinjang tak
karuan.
“Ayo Tante! Jangan nakal gitu dong!” bisik Anto tak sabar.
“Biar tahu rasa kau! Ya gitu itu nggak enaknya kalau digodain To! Biar
sekalian kamu tahu kalau aku juga bisa nakal Sayang! Kerling Deborah.
“Wah, Tante nakal banget sih! Sini kupukul pantat montoknya!” ujar Anto
sambil kemudian menampar gemas bongkahan bokong Deborah. Plak’..
“Aawww.. Ssshh..” teriak Deborah kaget, “Ok deh kalau sudah nggak sabar gitu!”.
“Cepetan Tante! Aku sudah mulai gila nih!” rujuk Anto sambil
mengelus-elus bongkahan kanan pantat putih yang sekarang memerah akibat
tamparan gemasnya tadi.
“Hhh.. Biar tahu rasa kamu Sayang!” ujar Deborah sambil menggeraikan
rambut ikalnya kekiri, kemudian dengan tangan kanannya masih berpegangan
pada rak, tangan kirinya menggenggam penis Anto yang semakin menegang
dan dipehuhi urat-urat itu kemudian membimbingnya melesak perlahan-lahan
masuk ke dalam belahan vaginanya.
Blleesshh..
“Ooohh.. Ssshh..” desah Deborah penuh kenikmatan.
“Mmmhh.. Terush Tante.. Nikmat dan hangat!” bisik Anto sambil
meregangkan kakinya lebar-lebar dan semakin menyorongkan pinggulnya
mendekati selangkangan Deborah.
Deborah terus menekan selangkangannya menerima hujaman penis Anto
dari bawah. Badannya membelakangi tubuh Anto. Kepalanya menunduk menahan
rasa nikmat yang menggelora dibagian selangkangannya. Kali ini kedua
tangannya berpegangan pada rak disampingnya. Tubuhnya berjongkok sambil
sedikit memutar pinggulnya berharap agar setiap sisi relung vaginanya
dapat tersentuh oleh denyut penis pemuda itu. Bola matanya nyaris
berputar ke belakang dan tak henti-hentinya ia menggigit bibirnya
sendiri sambil mengeluarkan suara desah kenikmatan.
Setelah Deborah merasakan kepala zakar Anto sudah membentur mentok
dalam vaginanya, masih dalam posisi berjongkok ia terdiam, menikmati
sensasi yang dirasakannya jauh dalam liang kewanitaannya itu. Denyut
demi denyut yang dirasakannya dari penis Anto benar-benar membuat
dirinya semakin terbuai akan kenikmatan itu sampai-sampai ia bisa saja
nyaris tertidur dalam kenikmatan. Hingga tiba-tiba Anto menepuk
bongkahan kanan pantat, dan meminta Deborah agar mengangkat pantatnya.
“Naikkan sedikit pantatnya Tante!” pinta pemuda itu sambil mendorong pantat Deborah.
Gerakan itu otomatis membuat penis Anto yang sedang tertancap jauh
dalam vagina Deborah menjadi sedikit tercabut sampai bagian kepala penis
Anto. Sehingga menimbulkan gesekan yang membuat keduanya melenguh
kenikmatan.
“Mmmhh.. Nikmat Sayang!” bisik Deborah sambil merasa tak rela karena
kenikmatannya terganggu. Tetapi ia langsung mengerti bahwa pemuda itu
pasti hendak berbuat sesuatu yang lebih liar pada dirinya.
“Ssshh.. Sabar! Sebentar Sayang!” bisik Anto menenangkan Deborah.
Setelah Anto merasakan posisinya pas ia melepaskan pegangannya pada
bokong Tante itu, kemudian kedua lengannya bertumpu pada lantai, dan
dengan kaki yang sedikit dibuka ia mengayunkan pinggulnya ke atas.
Blesshh..
penisnya langsung menyeruak masuk ke dalam vagina Deborah yang
terpampang tepat diatasnya. Tepat setelah penis yang menegang penuh dan
dipenuhi urat menonjol itu menghentak mentok bagian dalam vaginanya,
Anto langsung mencabutnya sedikit, kemudian mulai mengocoknya dengan
tempo yang cepat dan konstan. Keduanya langsung merasakan kehangatan
dibagian selangkangan mereka. Deborah mendesis seperti orang yang sedang
kepedasan. Kepalanya membanting-banting liar menggeraikan rambut ikal
kemerahannya. Ia terlihat semakin binal dan liar.
“Yiiaahh.. Ssshh.. Terush Sayang! Terus!” teriak Deborah saat
menerima kocokan penis Anto dalam vaginanya. Sementara tubuhnya
tergoncang-goncang naik turun dengan tangannya tetap berpegangan erat
pada rak mainan.
“Ohh.. Nikmat Tante! vaginamu nikmat! Terus Tante! Puaskan dirimu!
Ssshh..” desis Anto sambil terus mengocok vagina Deborah dan mengimbangi
gerakan naik turun Tante itu.
“Terus To! Hamili aku! Perkosa aku! Jadikan aku pelacurmu Sayang!
Yaahh.. Yiiaahh.. Nngghh.. Ohff..” teriakan Deborah makin tak beraturan.
Ia semakin mempersetankan semuanya.
“Tante! Tante! Terus Tante! Nikmat banget Tante!” racau Anto.
Mereka terus bertahan dalam posisi itu sampai kira-kira 10 menit,
kemudian Anto meminta Deborah menungging sambil tetap membelakangi
dirinya. Deborah mengerti keinginan pasangannya itu. Ia pun amat
menikmati bersenggama dengan posisi doggie style. Ia langsung menungging
membelakangi Anto, dibukanya lebar-lebar kedua kakinya, kemudian ia
menoleh ke belakang menatap Anto sambil menyibakkan rambutnya.
Pemandangan itu terlihat seksi sekali bagi Anto.
Dihadapannya kali ini terpampang seorang Tante-Tante yang terbakar
gairahnya, sedang membuka lebar-lebar pahanya, vaginanya yang baru saja
dikocoknya itu terlihat merah merekah dan sedikit membengkak. Lubang
anus Deborah terlihat juga ikut berkedut-kedut, mungkin akibat kocokan
penisnya pada vagina Tante itu. vagina Deborah terlihat mengeluarkan
lendir putih yang menggiurkan, pertanda Tante itu sudah benar-benar
terangsang dan ingin segera dipuaskan. Mata Deborah yang sayu menandakan
ia ingin segera digarap dan dipuaskan. Anto yang juga ikut bangkit dari
posisinya semula, memegangi pinggul Tante itu dari belakang. Ia bahkan
sempat menjilati vagina Deborah yang dilumuri lendir putih. Ditelannya
cairan kenikmatan itu dengan panuh nafsu.
“Aawww..” teriak Deborah saat pemuda itu melumat vaginanya dan menyedotnya penuh nafsu.
Setelah Anto puas dan merasa vagina Deborah sudah bersih dari lendir
pelumasnya, ia langsung bangkit dan mendekatkan penisnya pada pada
vagina Deborah. Dibimbingnya penis yang menegang penuh itu agar sedikit
melesak masuk dibelahan vagina Tante itu. Deborah semakin tak sabar
untuk segera menerima kocokan penis Anto di dalam vaginanya yang terasa
semakin berdenyut tak karuan itu. Ia mendorong-dorongkan pinggulnya
kebelakang, berharap agar penis Anto segera menyeruak ke dalam
vaginanya.
Anto yang juga sudah tak sabar untuk memasukkan penisnya lagi ke
dalam vagina Deborah langsung mendorongkan pinggulnya ke depan, dan..
Blleesshh..
“Mmhh.. Nikk.. Mmatthh..” bisik Deborah lirih.
“Ohh Tante!” Anto pun tak mampu berkata apa-apa.
“Nngghh.. Nikmat banget Sayang! Aku suka!” bisik Deborah sambil menundukkan kepalanya hingga rambutnya jatuh terurai ke lantai.
Anto kembali mengayunkan pinggulnya perlahan. penisnya keluar masuk
vagina Tante itu perlahan-lahan, dan menyebabkan vagina Deborah yang
terasa masih seret itu sesekali ikut tersedot keluar, kemudian saat Anto
mendorong penisnya masuk, vagina itu melesak masuk ke dalam.
Benar-benar pemandangan yang menggiurkan.
Mereka bermain dalam tempo yang lambat. Deborah pun tak
henti-hentinya meracau dan terkadang mulutnya yang seksi itu
mengeluarkan sumpah serapah dan kata-kata kotor lainnya.
“Terus To! Hamili aku gigoloku! Oohh.. Nnngghh.. Gila penismu nikmat banget Sayang!” racau Deborah.
“Yiiaahh Tante! vaginamu benar-benar gila! penisku bisa-bisa nggak mau
lepas nih! Ohh.. Ssshhtt” teriak Anto sambil sesekali menampari bokong
Tante itu dengan gemasnya. Plak, plak..
“Puaskan dirimu To! Aku pelacurmu! Keluarkan spermamu dalam vaginaku Sayang! Ooohhff.. Nngghh..” Deborah semakin menggila.
Lama-kelamaan ayunan pinggul mereka semakin cepat, seakan-akan ada
sesuatu yang dikejar. Teriakan dan desis keduanya berubah menjadi
lenguhan. Keringat mereka bercucuran disana sini. Terkadang Anto pun
menjilati punggung Deborah yang dibanjiri keringat itu. Pegangan Anto
pun berpindah dari pinggul Deborah ke pundak Deborah. Tangan kanannya
memegang erat pundak Tante itu, sementara tangan kirinya menjambak
rambut ikal Deborah. Ia terlihat memperlakukan Tante itu dengan liarnya.
Pinggulnya mengayun dengan cepat. Suara liar mereka berpadu dengan
decak becek yang timbul dari kocokan penis Anto pada vagina Deborah.
Bola mata Deborah nyaris berputar kebelakang saking nikmatnya. Rasanya
belum pernah ia diperlakukan sebegini liarnya oleh siapapun. Ia pun
benar-benar dilupakan akan statusnya sebagai ibu dari anak-anaknya dan
istri dari suaminya. Ia bahkan mempersetankan suaminya. Ia ingin terus
diperlakukan seperti ini oleh pemuda yang baru saja dikenalnya ini. Ia
tak ingin kembali ke pelukan suaminya yang lebih sering membuat
vaginanya terasa geli daripada nikmat. Deborah benar-benar semakin
mempersetankan segalanya.
Tiba-tiba ia merasakan vaginanya berdenyut tak karuan,
selangkangannya pun bergetar gila-gilaan. Ia sadar bahwa dirinya akan
merasakan orgasme atau bahkan multi orgasme. Sesuatu yang teramat jarang
dirasakannya bila sedang bersama suaminya. Sebenarnya ia tak ingin
mendapatkan orgasmenya cepat-cepat, tetapi hati kecilnya menginginkan
sesuatu yang teramat jarang didapatkannya itu. Teriakannya pun semakin
liar. Goyangan pinggulnya semakin tak karuan. Dan ia pun menyadari bahwa
ayunan pinggul Anto semakin menggila dan lebih cepat dari sebelumnya.
Membuatnya tak sempat untuk meminta pemuda itu agar memperlambat
ayunannya, bahkan untuk menarik nafas pun terasa sulit.
“Tan.. Tee aku mau keluar nih!” teriak Anto.
“Oh, yah.. Terus Sayang! Keluarkan didalam saja! Hamili aku! Beri aku anakmu Sayang! Teruusshh..!”
Deborah pun semakin tak dapat menahan orgasmenya sampai tiba-tiba..
vaginanya berdenyut hebat dan selangkangannya terasa bergetar
gila-gilaan lagi, ia pun sadar bahwa ia tak akan mampu menahannya.
Deborah pun pasrah menerima kocokan demi kocokan penis pemuda itu dalam
vaginanya. Begitupun halnya dengan Anto yang juga sudah mendekati
puncaknya, ia mempercepat ayunan pinggulnya mendorong keluar masuk
penisnya dalam vagina Deborah, sampai tiba-tiba.. Pinggulnya menegang,
seakan-akan memompa sesuatu yang akan meledak dari dalam
selangkangannya. Ia bahkan sempat melihat Deborah menghempaskan
rambutnya kesamping. Pemandangan itu benar-benar seksi. Dan..
Croott..
Meledaklah larva panas dari dalam saluran sperma Anto. Memuntahkan
bermili-mili liter air mani yang panas ke dalam vagina Deborah.
“Nnngghh.. Oohhff.. Tann.. Tee.. Hhh..” lenguh Anto sambil menghujamkan penisnya dalam-dalam ke dalam vagina Deborah.
Deborah yang merasakan semburan lahar panas dalam vaginanya semakin
tak dapat menahan orgasmenya. Selangkangannya yang sejak tadi bergetar
hebat dan vaginanya yang berdenyut gila-gilaan mencapai suatu titik yang
membuatnya tak dapat menahan suaranya sendiri.
“Aaahh.. Ggghhaahh..” teriak Tante itu sambil menekankan dalam-dalam
vaginanya dengan penis Anto. Ia pun mungkin tak sadar bahwa teriakannya
memenuhi ruangan gudang itu.
“Ohh terus Tante! Terus Sayang!” teriak Anto yang menyadari Deborah baru
saja mencapai orgasmenya. Ia terus menekan dan menempelkan erat-erat
penisnya agar semakin melesak masuk ke dalam vagina Deborah.
Keduanya merasakan denyut yang gila-gilaan pada raga bagian bawah
mereka. Mereka benar-benar menikmati sensasi yang baru saja mereka
rasakan. penis Anto terus berdenyut-denyut memompa sisa-sisa air maninya
ke dalam vagina Deborah. Begitu pun vagina Deborah, terus bergetar dan
berdenyut tak karuan. Mereka bertahan dalam posisi doggie style seperti
itu sambil terus menikmati sisa-sisa orgasme yang seakan-akan tak akan
hilang dari raga bagian bawah mereka.
Deborah merasa lemas pada bagian lututnya. Ia tak sadar bahwa ia
telah bertumpu pada posisi seperti ini dalam waktu yang cukup lama.
Selain itu, ia baru saja mendapat orgasme yang sanggup melemaskan
seluruh persendiannya.
“Lepas dulu Sayang! Lututku pegel nih! Pelan-pelan tapi ya! Aku
sebenernya nggak ingin lepas,” pinta Deborah pada Anto yang masih
menancapkan kejantanannya pada lubang vagina Deborah.
“OK Tante!” bisik Anto sambil mencabut penisnya yang sudah mulai melemas tetapi tetap terlihat besar itu.
“Ssshhtt.. Ooohh..” desis Deborah saat Anto mencabut penis yang menancap
dalam vaginanya. Ada perasaan geli yang bercampur nikmat saat
perlahan-lahan penis pemuda itu tercabut dari vaginanya.
Deborah berguling ke lantai, bersandar pada tumpukan kardus, dengan
posisi mengangkang sambil tangan kanannya mengelus-elus vaginanya yang
masih berdenyut-denyut dan tangan kirinya meremasi buah dadanya. Tangan
kanannya merasa ada sesuatu yang keluar dari dalam vaginanya. Diraupnya
lendir kenikmatannya sendiri yang bercampur dengan air mani Anto,
kemudian dijilatinya dengan penuh nafsu. Matanya terbuka sayu dan
rambutnya terurai acak-acakan. Pemandangan yang benar-benar membuat
jantung Anto berdegub tak karuan.
Anto pun tak ingin ketinggalan bagian nikmat ini. Didekatinya vagina
Deborah. Dijilatinya vagina yang masih basah itu dengan penuh nafsu.
Dikulum dan disedotnya berkali-kali gundukan daging yang membengkak
merah dan mengeluarkan lendir putih dihadapannya itu. Diperlakukan
seperti ini Deborah pun menggelinjang tak karuan. Dijambakinya rambut
pemuda itu. Ditekannya wajah Anto pada vaginanya. Perasaan campuran
antara geli dan nikmat itu semakin menggila. Merasa perlakuannya
mendapat sambutan, Anto pun semakin mempergencar lumatan demi lumatannya
pada vagina Deborah..
“Gila kau Sayang! Masa masih kurang? Ooohh.. Terusshh! Mmmhh..” desah Deborah sambil menggelinjang tak karuan.
“Nggak mau nih Tante? Beneran?” Goda Anto disela-sela jilatannya pada vagina Deborah.
“Ooohhff.. Terush Sayang! Jangan berhenti! Nnngghh.. Nikk.. Mmaatthh..” desah Deborah.
Anto terus menjilati vagina Tante itu. Lidahnya yang kasar dikeluar
masukkannya dalam vagina Deborah membuat Tante itu semakin diperbudak
oleh rasa nikmat. Tempo permainan lidah Anto dalam relung kewanitaan
Deborah berubah-ubah. Sesekali lidah kasar itu menyapu lembut vagina
Deborah hanya pada bagian luarnya saja, dengan jemari Anto menguakkan
labium mayora Deborah. Terkadang lidah itu menegang dan menyeruak masuk
ke dalam vagina Deborah, membuat Tante itu melonjak kenikmatan.
Deborah merasa beruntung, belum pernah ia merasakan kenikmatan
seperti ini. Terlebih berbuat liar seperti yang tengah ia lakukan dengan
pemuda yang baru dikenalnya dan semula hendak memperkosa dirinya. Tante
itu meremas-remas payudaranya sendiri dengan liar. Dipilin-pilinnya
puting miliknya dengan penuh nafsu. Mulutnya pun tak henti-hentinya
mengeluarkan erangan dan desahan penuh kenikmatan. Ia benar-benar
diperbudak dan dipermainkan kenikmatan.
Hingga suatu saat, ia merasa pinggul dan selangkangannya bergetar
hebat lagi sedang vaginanya berdenyut-denyut lebih tak karuan dibanding
orgasmenya tadi, ia langsung menjambak rambut Anto dan menekan kepala
Anto semakin merapat dengan selangkangan dan vaginanya. Anto yang juga
menyadari hal itu semakin buas dalam menjilati liang vagina dan
menghisap-hisap labium mayora Tante itu.
Ia sadar bahwa Deborah akan mendapatkan orgasmenya lagi. Deborah
sendiri merasa sangat keheranan saat ia merasakan sensasi itu lagi.
Pikirnya mustahil ia mendapatkan orgasme yang hebat lagi, terlebih
setelah orgasme trakhirnya yang langsung meloloskan seluruh
persendiannya. Tetapi ia pun sangat menikmatinya. Digoyang-goyangkan
pinggulnya mengimbangi irama permainan lidah dan mulut Anto. Semakin
didekapnya kepala dan wajah pemuda diantara selangkangannya, sampai tiba
saatnya ia tak dapat menahannya lagi, dan.. Crroottss.. Seerr..
“Ssstt.. Ssstt.. Aaahh.. Ggghhaahh..” teriak Deborah tak kuasa menahan suaranya yang memenuhi gudang itu.
Keduanya langsung terkejut karena ternyata dari dalam liang vagina
Deborah yang sedang dijilat dan dihisap oleh Anto tersemburlah bermili
liter lendir kenikmatan berwarna putih kental yang menyembur keluar
berbarengan dengan air kencing. Rupanya Tante itu mendapat multi orgasme
yang hebat sampai-sampai ia tak dapat menahan kencingnya sendiri yang
langsung menyembur wajah Anto yang sedang berada tepat dihadapannya.
Anto yang menyadari hal itu langsung saja tak menyia-nyiakan
kesempatan itu, dijilatinya sekitar selangkangan Deborah yang dibanjiri
oleh lendir kenikmatan dan air kencing Tante itu. Ditelannya semua yang
berhasil ia jilat dan kulum dalam mulutnya. Hal ini tentunya membuat
Deborah yang sedang mengalami masa relaksasi meringis-meringis kegelian
dan men desah- desah tak karuan menahan rasa geli yang melanda seluruh
bagian selangkangannya. Tetapi tubuh montoknya benar-benar lemas hingga
ia nyaris tak sanggup mendorong dan menyingkirkan kepala Anto yang
berada siantara selangkangannya dan sedang sibuk menjilati vaginanya
dengan rakus.
Anto pun bangun dan mendekati Deborah yang sedang terpejam menikmati
sisa-sisa orgasmenya. Didekatkannya mulutnya yang sedang mengulum lendir
kenikmatan dan air kencing Deborah ke mulut Tante itu, kemudian
dikecupnya bibir Deborah yang sedang menganga seksi.
“Nngghh..” Lenguh Deborah.
Anto langsung menyodorkan kulumannya untuk dibagi dengan Tante itu,
yang langsung saja disambut penuh nafsu oleh Deborah. Dilumatnya mulut
Anto yang dipenuhi dengan lendir kenikmatan dan air kencingnya sendiri,
kemudian ditelannya hingga tak bersisa. Deborah benar-benar puas dengan
permainan mereka, begitu pun halnya dengan Anto. Ia langsung mendekap
tubuh montok Tante itu, kemudian bibir mereka saling berpagutan penuh
nafsu. Sesekali bibir Anto menjalar ke leher dan buah dada Tante itu.
“Aduuhh.. Masa sih masih kurang Sayang?” bisik Deborah keheranan saat melihat Anto yang menjilati putingnya dengan penuh nafsu.
“Kalau sama Tante, aku nggak akan pernah puas. Tapi untuk kali ini,
kurasa cukup dulu. Asal kapan-kapan boleh begini lagi ya?” pinta Anto.
“Gila kamu Sayang! Masa sih aku bisa nolak diajak nikmat begini?” jawab
Deborah sambil mengecup lembut bibir Anto. Dalam hatinya ia
berbunga-bunga karena akan selalu mendapatkan kenikmatan seperti ini
kapan pun ia mau.
Belum ada tanggapan untuk "TANTE DEBORAH"
Posting Komentar