CERITA DEWASA | CERITA MESUM | CERITA SEX | FOTO BUGIL
Wulan adalah seorang ibu rumah tangga yang baik dan tanpa cacat. Umur
Wulan 32 tahun. Suami Wulan bekerja sebagai PNS dan mereka hidup normal
dan bahagia. Wulan sendiri seorang sarjana dari perguruan tinggi ternama
tetapi memilih tidak bekerja. Wulan termasuk taat beragama. Wulan
memiliki keponakan yang tinggal bersama di rumah Wulan. Namanya Adit.
Umurnya 16 tahun.
Tetapi ada kejadian yang membuat Wulan merasa sebagai wanita berdosa
yang tidak lagi mampu menghindari dosa bersetubuh dengan laki2 yang
bukan suami sendiri. Membayangkan kejadian2 tersebut Wulan selalu ingin
menangis tetapi pada saat yang sama Wulan juga didera oleh nafsu birahi
membara yang tidak mampu Wulan atasi. Kejadiannya adalah sebagai
berikut.
Saat itu sore hari sekitar jam 3 dan Wulan baru saja bangun tidur.
Sedangkan suaminya masih bekerja. Dari dalam kamar Wulan dapat mendengar
suara komputer yang dimainkan keponakan Wulan, Adit di ruang tengah
yang berbatasan langsung dengan kamar tidur Wulan.
Adit sering sekali menggunakan komputer, Wulan kira dia hanya main
game saja. Pintu kamar Wulan agak terbuka. Wulan bermaksud untuk keluar
dari kamar, tetapi ketika Wulan menarik pintu, apa yang terlihat membuat
Wulan tertegun dan mengurungkan niat tersebut. Apa yang terlihat dari
balik pintu membuat hati Wulan betul2 terguncang. Wulan dapat melihat di
layar komputer tampak wanita kulit putih telanjang tanpa busana dengan
posisi terlentang dan kaki terbuka dengan kemaluan tampak jelas. Wulan
menjadi kesal karena Adit melihat hal2 yang sangat terlarang tersebut.
Tetapi yang kemudian membuat Wulan shock adalah setelah menyadari
bahwa Adit sedang mengelus-elus kontolnya. Wulan dapat melihat celana
Adit agak turun. Adit sedang duduk melihat layar sambil mengocok
kontolnya yang tampak berdiri tegang. Wulan betul-betul tercengang
melihat semua ini. Kemaluan Adit memang tidak berukuran besar tetapi
melihat kakunya batang keponakannya ini membuat Wulan berdebar. Batang
kemaluannya tampak berwarna coklat kemerahan dengan urat-urat yang
menonjol. Samar-samar Wulan dapat mendengar napasnya yang terengah.
Adit sama sekali tidak menyadari bahwa Wulan melihat kelakuannya dari
balik pintu. Kejadian Adit membelai-belai kemaluannya ini berlangsung
terus selama lebih kurang lima menit. Yang mengagetkan adalah reaksi
kewanitaan tubuh Wulan, ternyata jantung Wulan terasa berdebar keras
menyaksikan batang kemaluan yang demikian kaku dan semakin merah,
terutama bagian kepalanya. Gerakan tangan Adit semakin cepat
mencengkeram kemaluannya dengan muka yang tampak tegang memandangi layar
monitor. Astaga .., dari lubang di kemaluannya berleleran keluar cairan
bening. Cairan kental bening tersebut diusap-usap oleh jari Adit dan
dioles-oleskan ke seluruh kemaluannya. Nafas Adit terdengar sangat keras
tetapi tertahan-tahan. Wulan merasa nafsu birahinya muncul,
tubuh Wulan mulai gemetar. Nafas Wulanpun mulai tak teratur dan Wulan
berusaha agar nafas Wulan tak terdengar oleh Adit. Apa yang Wulan lihat
selanjutnya membuatnya sangat tergetar. Tubuh Adit tampak mengejang
dengan kakinya agak terangkat lurus kaku, sementara tangannya
mencengkeram batang kemaluan itu sekuat-kuatnya. “Eeegh, heeggh .”, Adit
mengerang agak keras, dan ya ampun …, yang tidak Wulan sangka-sangka
akhirnya terjadi juga. Dari lubang di kepala batang kemaluannya
terpancar cairan putih kental. Adit memuncratkan air mani. Cairan kental
itu memuncrat beberapa kali. Sebagian jatuh ke perutnya tetapi ada juga
yang ke lantai dan malah sampai ke keyboard komputer. Ohhh .., k****l
itu tampak tegang, urat-urat menonjol keluar, mani nya muncrat ke atas.
Melihat air mani muncrat seperti itu segera saja Wulan merasakan
lonjakan birahi yang luar biasa di sekujur tubuh Wulan. m***k Wulan
terasa menjadi basah dan nafas Wulan menjadi memburu dan tersengal
sengal. Wulan berusaha mengendalikan diri dari rangsangan birahi
sebisa-bisanya, ada semacam perasaan tidak enak dan bersalah yang tumbuh
menyaksikan keponakan Wulan dan terutama atas reaksi tubuh Wulan
seperti ini. Kini ****** itu tampak diselimuti oleh mani berwarna
keputihan. Jarak Wulan dengan Adit sebetulnya sangat dekat hanya dua
meteran. Adit tampak mulai tenang dan napasnya semakin teratur. k****l
yang berleleran air mani mulai mengendur. Ia menghela napas panjang dan
tampak lega terpuaskan. Adit kemudian berdiri dan menuju ke kamar mandi.
Ia masuk ke kamar mandi dan menutup pintunya. Seolah-olah ada yang
menuntun, Wulan berjingkat menuju komputer tanpa menimbulkan bunyi.
Wulan memandang lekat ke layar komputer, mengagumi tubuh wanita muda
berkulit putih (orang Barat) yang telah mengundang nafsu keponakan
Wulan. Pandangan Wulan beralih ke tetesan-tetesan mani yang tampak di
dekat keyboard. Wulan mengusap mani tersebut dengan jari dan entah
mengapa Wulan mencium dan menjilati jari tangan Wulan yang berleleran
dengan mani.
Rasanya asin dan baunya terasa lekat, tetapi nafsu birahi Wulan
terbangkit lagi. Wulan tidak ingin Adit curiga. Dari layar komputer
Wulan melihat address internetnya dan Wulan catat saja di dalam hati.
Wulan berjingkat masuk kamar dan membaringkan tubuh.
Tak lama Wulan dengar Adit kembali ke komputernya dan Wulan kira ia
sedang membersihkan sisa-sisa mani yang tadi ia muncratkan. Kemudian
Wulan dengar ia bermain game (kedengaran dari bunyi nya). Sejak saat itu
Wulan merasa ada perubahan luar biasa pada diri Wulan. Sebelumnya Wulan
melakukan hubungan sex dengan suami hanyalah sebagai suatu hal yang
rutin saja. Kejadian Adit melakukan onani di depan computer membuat
Wulan menemukan sesuatu yang baru dalam hal soal sex. Sesuatu yang
menggairahkan, nafsu birahi yang menggelegak, tetapi sekaligus perasaan
dosa,
karena ini dibangkitkan oleh kejadian yang dilakukan keponakan Wulan
sendiri. Apa yang dilakukan keponakan Wulan membuat Wulan shock, tetapi
yang juga mengerikan adalah justru keponakan Wulan sendiri membangkitkan
nafsu birahi Wulan yang menyala-nyala. Adit yang selalu Wulan anggap
keponakan masih kecil dan tidak mungkin berhubungan dengan hal hal yang
berbau sex dan porno. Selalu terbayang di mata Wulan wajah Adit dengan
napas terengah engah dan muka tegang, kocokan tangannya,
batang ****** yang berwarna kemerahan sangat tegang dengan urat yang
menonjol. Air mani yang memuncrat-muncrat dari lubang k****lnya. Ya
Tuhan .. , ****** itu adalah milik keponakan Wulan. Sejak kejadian itu
Wulan sering terbayang k****l Adit yang sedang memuncrat – muncratkan
air maninya. Tetapi yang tidak dapat Wulan lupakan adalah warnanya yang
kemerahan dengan urat-urat hijau kebiruan yang menonjol. Saat itu ******
itu begitu tegang berdiri hampir menyentuh perutnya. Jika mengingat dan
membayangkan kejadian itu, birahi Wulan mendidih, terasa ada cairan
merembes keluar dari lubang kemaluan Wulan. Hal lain yang memperparah
keadaan adalah, sejak hari kejadian itu,
Wulan mulai berkenalan dengan dunia baru yang tidak pernah Wulan
datangi sebelumnya. Wulan sudah biasa browsing di Yahoo ataupun yang
lain. Tetapi sejak mengenal “Cerita Dewasa”. Wulan mulai mengarungi
dunia lain di internet. Sehari sesudah kejadian Adit onani, Wulan mulai
membuka-buka situs “Cerita Dewasa”. Tentu saja itu Wulan lakukan pada
saat tidak ada orang di rumah. Saat itulah Wulan mulai mencoba-coba
“Cerita Dewasa”. Wulan tidak menyangka ada suatu situs internet
menyajikan cerita dan gambar pornografi yang seperti itu.
Wulan membuka – buka gambar wanita-wanita telanjang yang tampak tidak
malu-malu memperagakan bagian kewanitaannya yang seharusnya ditutup
rapat rapat. Mereka tampaknya menikmati apa yang mereka lakukan dengan
mempertontonkan bagian tubuhnya yang terlarang. Pada hari itu Wulan
mulai juga menemukan situs-situs lain yang lebih porno. Ada sekitar 3
jam Wulan berpindah-pindah dan mempelajari dunia sexual penuh nafsu yang
tidak pernah Wulan bayangkan sebelumnya. Laki-laki dan perempuan
bersetubuh dengan berbagai macam cara yang tidak pernah Wulan bayangkan
sebelumnya dan yang tidak pernah Wulan praktekkan sebelumnya dengan
suami. Ada perempuan yang menghisap ****** berukuran sangat besar
(kelihatannya lebih besar dari ****** suami Wulan) hingga ****** itu
memuntahkan air maninya.
Astaga, perempuan itu membiarkan mani itu muncrat sampai membasahi
wajahnya, berleleran, dan bahkan meminumnya tanpa ada rasa jijik. Tetapi
yang paling membangkitkan birahi Wulan adalah persetubuhan orang
Jepang. Mungkin karena mereka sama-sama orang Asia, jadi tampak lebih
real dibandingkan dengan wanita kulit putih. Dan mungkin ada kesan
surprise juga bagi Wulan, bahwa orang-orang Jepang yang tampak sopan itu
dapat begitu bernafsu di dalam sex. Wulan memang bukan orang keturunan
Chinese, tetapi kulit Wulan cukup putih untuk ukuran orang ***********
Jadi Wulan melihat semacam ada kesamaan antara diri Wulan dengan wanita
Jepang itu walau tentunya kulit Wulan tidak seputih mereka. Wanita
Jepang juga memiliki kulit kemaluan, bibir-bibir memek yang berwarna
gelap kecoklatan, mirip seperti kemaluan Wulan sendiri Wulan juga
mendapatkan suatu situs di mana wanita-wanita muda Jepang mengisap
****** hingga muncrat dan air mani yang sangat banyak berleleran di
mukanya yang berkulit putih. Wulan selalu panas dingin melihat itu.
Kehidupan sex internet yang paling memabukkan Wulan adalah cerita-cerita
nafsu di “Cerita Dewasa” dan melebihi segala suguhan gambar sex yang
ada. Wulan sangat terangsang membaca cerita-cerita menakjubkan itu.
Tidak Wulan sangka bahwa kehidupan sex orang-orang Indonesia dapat
seliar dan juga seindah itu. Yang paling merangsang dan membuat Wulan
agak histeris adalah cerita sex antara orang yang masih sedarah, seperti
antara tante dengan keponakan, antara sepupu, saudara ipar,
atau malah antara keponakan dan tantenya. Mungkin ini karena perasaan
Wulan terhadap Adit keponakan Wulan. Di situs lain, Wulan pernah
membaca cerita sexual antara keponakan dengan tantenya. Wulan sampai
menangis membaca cerita itu, tetapi juga sekaligus merasakan birahi yang
luar biasa. Ini tidak berarti bahwa Wulan berniat menyetubuhi keponakan
Wulan sendiri, Wulan takut atas dosanya. Wulan kira kejadian berikutnya
yang akan Wulan ceritakan adalah takdir yang tidak dapat Wulan
hindarkan. Wulan begitu lemah dari godaan setan dan sangat menikmati apa
yang Wulan perbuat. Kejadian itu adalah pada sore hari sekitar jam
setengah empat, beberapa minggu setelah kejadian Wulan memergoki Adit
beronani, kalau tidak salah dua atau tiga hari menjelang tahun baru.
Sebelumnya Wulan baru menutup internet, membaca cerita-cerita di
“Cerita Dewasa” dan melipat-lipat pakaian yang akan disetrika. Pada saat
melipat pakaian yang akan disetrika itu akan selesai, Wulan mendengar
ada ketukan pintu, ada tamu. Apa boleh buat, si tamu harus menunggu
Wulan selesai. Sesudah selesai melipat pakaian, Wulan intip dari dalam,
ternyata dia adalah Budi. Budi adalah suami dari ipar (adik suami)
Wulan. Wulan sangat dekat dengan Dian, istri Budi. Wulan juga mempunyai
hubungan baik dengan Budi. Ia berumur kira-kira 36 tahun, berwajah
tampan dengan kulit putih dan Wulan akui lebih tampan dari suami Wulan.
Perawakannya tidak tinggi, hanya sekitar 164 cm, hampir sama dengan
tinggi Wulan. Melihat Budi di luar Wulan jadi agak terburu-buru.
Biasanya Wulan menemui orang yang bukan suami dan keponakan (atau
wanita) selalu dengan mengenakan pakaian wanita rapi dan tertutup rapat.
Karena terburu-buru dan tanpa Wulan sadari, Wulan hanya mengenakan
baju tidur berkain halus warna putih sebatas lutut berlengan pendek
dengan kancing-kancing di depan. Untung Wulan masih sempat mengenakan
secarik kain selendang warna hitam untuk menutup kepala, seperti
selendang tradisional yang diselempangkan di kepala hanya untuk menutup
rambut.
Leher Wulan terbuka dan telinga Wulan terlihat jelas. Apa boleh buat
Wulan tidak dapat membiarkan Budi menunggu Wulan di depan rumah terlalu
lama. Wulan membuka pintu. Budi tersenyum melihat Wulan walaupun Wulan
tahu dia agak heran melihat Wulan tidak berpakaian seperti biasanya.
“Apa kabar Wulan”, sapanya, “Saya membawakan titipan pakaian dari Dian”.
“Eh, ayo masuk Bud, baru dari kantor ya ?”, dan Wulan persilakan dia
masuk. Wulan lalu mengambil barang yang dibawa Budi dan meletakkannya di
meja makan. Meja makan terletak di ruang tengah tidak jauh dari meja
komputer. Dapur dapat terlihat jelas dari ruang tamu.
Sambil duduk di sofa ruang tamu, Budi mengatakan “Saya tadi ketemu
suamimu di kantor katanya baru pulang jam enam nanti”. Eh, Mana
keponakanmu, Wulan ?”, kata Budi lagi. “Adit sedang main ke rumah teman
dari siang tadi dan katanya mungkin baru pulang agak malam” kata Wulan.
Tiba-tiba Wulan menyadari bahwa mereka hanya berdua saja. Wulan duduk di
sofa di seberang dari kursi sofa yang diduduki Budi. Pada saat Wulan
mulai duduk Wulan baru menyadari agak sulit untuk duduk dengan rapi dan
tertutup dengan pakaian yang Wulan kenakan. Posisi alas duduk sofa cukup
rendah sehingga pada saat duduk lutut terasa tinggi dibandingkan dengan
pantat. Jadi bagian bawah paha Wulan agak terangkat sedikit dan agak
sulit tertutup sempurna dengan pakaian seperti yang Wulan kenakan dan
pada saat duduk ujung pakaian tertarik ke atas lutut.
Budi tampak agak terkesiap melihat Wulan. Sekilas ia melirik ke lutut
dan paha Wulan yang memang putih dan tidak pernah kena sinar matahari
(Wulan selalu berpakaian panjang ke luar rumah). Wulan agak malu dan
canggung (Wulan kira Budi juga tampak agak canggung). Tetapi mereka
sudah bukan remaja lagi dan dapat menguasai diri. “Apa kabar Dian, Bud”,
tanya Wulan. “Dian beberapa hari ini kurang sehat, kira-kira sudah
semingguan lah”, kata Budi. “Bagaimana Adit, Wulan ?, apa enggak ada
pelajaran yang tertinggal ?”, Budi balik bertanya. “Yah, si Adit sudah
mulai oke koq dengan pelajarannya. Mudah-mudahan saja sih prestasinya
terus-terusan bagus”, Wulan jawab. Tiba-tiba Budi bilang ” Wah,
kayak-kayaknya Adit semakin getol main komputernya yah Wulan, kan sudah
SMA”.
Deg perasaan Wulan, semua pengalaman internet jadi terbayang kembali.
Terutama terbayang pada Adit saat beronani di depan komputernya. “Eh,
kenapa kak Wulan, koq kaya seperti orang bingung sih ?”, Budi melihat
perubahan sikap Wulan. “Ah, tidak apa-apa kok. Tapi si Adit memang
sering sekali main komputer.” kata Wulan. Wulan mendadak merasakan
keberduaan yang mendalam di ruangan itu. Wulan merasa semakin canggung
dan ada perasaan berdebar. Untuk menghindar dari perasaan itu Wulan
menawarkan minum pada Budi, “Wah lupa, kamu mau minum apa Bud ?”. “Kalau
tidak merepotkan, Wulan minta kopi saja deh”, kata Budi. Wulan bangkit
berdiri dari sofa. Tanpa Wulan sengaja, paha dan kaki Wulan sedikit
terbuka pada saat Wulan bangun berdiri.
Walaupun sekilas, Wulan melihat pandangan mata Budi melirik lagi ke
paha Wulan, dan tampak agak gugup. Apakah dia sempat melihat bagian
dalam paha saya?, pikir Wulan di dalam hati. “Tunggu sebentar ya..”,
kata Wulan ke Budi. Sambil menuju ke kamar membawa pakaian titipan dari
Dian, Wulan melirik sebentar ke arah Budi. Budi tampak tertunduk tetapi
tampak ia mencuri pandang ke arah Wulan. Wulan tersadar bahwa penampilan
pakaian Wulan yang tidak biasanya telah menarik perhatiannya. Terutama
sekali mungkin karena posisi duduk Wulan tadi yang menyingkap bagian
bawah pakaian Wulan.
Wulan yang terbiasa berpakaian tertutup rapat, ternyata dengan
pakaian seperti ini, yang sebenarnya masih terbilang sopan, telah
mengganggu dan menggugah (sepertinya) perhatian Budi. Menyadari ini
Wulan merasa berdebar-debar kembali, dan tubuh Wulan terasa seperti
dialiri perasaan hangat. Tanpa sengaja Wulan melihat cermin lemari
pakaian dan menyaksikan penampilan Wulan di kaca yang membuat Wulan
terkesiap. Ternyata pakaian yang Wulan kenakan tidak dapat
menyembunyikan pola pakaian dalam (bra dan celana dalam) yang Wulan
kenakan. Celana dalam yang Wulan pakai terbuat dari bahan tipis berwarna
putih sedangkan kutangnya berwarna hitam. Karena pakaian yang Wulan
kenakan berwarna putih dan terbuat dari bahan yang halus maka celana
dalam dan bh tadi tampak terbayang dari luar.
Ya ampun ., Wulan tidak menyadari, dan tentunya Budi dapat melihat
dengan leluasa. Wulan menjadi merasa agak jengah. Tetapi entah mengapa
ada perasaan lain yang muncul, Wulan merasa sexy dan ada perasaan puas
bahwa Budi memperhatikan penampilan Wulan. Tubuh Wulan tampak ramping
dengan kulit yang putih. Budi yang Wulan anggap sopan dan ramah itu
ternyata memperhatikan tubuh dan penampilan Wulan. Wulan merasa nakal
dan tiba-tiba perasaan birahi itu muncul sedikit demi sedikit.
Bayang-bayang persetubuhan dan sex di internet melingkupi Wulan. Oh.,
bagaimana ini..
Aduh ., birahi ini, apa yang harus dilakukan. Wulan jadi tidak bisa
berpikir lurus. Wulan berusaha menenangkan diri tetapi tidak berhasil.
Akhirnya Wulan putuskan, Wulan akan melakukan sedikit permainan, dan
lihat saja apa nanti yang akan terjadi. Wulan merasa jatuh ke dalam
takdir. Dengan dada berdebar, perasaan malu, perasaan nakal, dan tangan
agak gemetar, Wulan membuka kancing baju Wulan yang paling bawah. Bagian
bawah dari baju Wulan sekarang tersibak hingga 15 cm di atas lutut.
Mungkin bukan seberapa, tetapi bagi Wulan sudah lebih dari cukup untuk
merasakan kenakalan birahi. Satu lagi kancing baju yang paling atas
Wulan buka sehingga bagian atas yang mulai menggunduk dari tetek Wulan
mulai terlihat. Payudara Wulan cukup montok, berukuran 34B. Sambil
berdebar-debar Wulan keluar kamar menuju dapur. “Wah maaf ya Bud, agak
lama, sekarang Wulan buat dulu kopinya.” kata Wulan.
Wulan dapat merasakan Budi memandang Wulan dengan perhatian yang
lebih walaupun tetap sangat sopan. Ia tersenyum, tetapi lagi-lagi
pandangannya menyambar bagian bawah tubuh Wulan. Wulan tahu bahwa untuk
setiap langkah Wulan, pakaian bawah Wulan tersibak, sehingga ia dapat
melihat bagian paha Wulan yang mulai sangat memutih, kira-kira 20 cm di
atas lutut. Wulan merasa sangat sexy dan nakal, dibarengi dengan birahi.
Saat itu Wulan tidak ingat lagi akan suami dan keponakan. Pikiran Wulan
sudah mulai diselimuti oleh nafsu berahi. Wulan berpikir untuk menggoda
Budi. Wulan membuka lemari dapur dan membungkuk untuk mengambil tempat
kopi dan gula.
Wulan sengaja membungkukkan pinggang ke depan dengan menjaga kaki
tetap lurus. Baju Wulan bagian belakang tertarik ke atas sekitar 20 cm
di atas lipatan lutut dan celana dalam tercetak pada baju karena
ketatnya. Wulan dapat merasakan Budi memandangi tubuh Wulan terutama
pantat dan paha Wulan. Kepuasan melanda Wulan yang dapat menarik
perhatian Budi. Wulan merasa Budi selalu melirik-lirik Wulan. Secangkir
kopi yang masih panas Wulan bawa ke ruang tamu. Tepat di depan sofa ada
meja pendek untuk meletakkan minuman. Wulan berjongkok persis di
seberang Budi untuk meletakkan kopi. Wulan berjongkok dengan satu lutut
di lantai sehingga posisi kaki agak terbuka.
Samar-samar Wulan mendengar Budi mendesis. Sambil meletakkan kopi
Wulan lirik dia, dan ternyata ia mencuri pandang ke arah paha-paha
Wulan. Wulan yakin ia dapat melihat nyaris ke pangkal paha Wulan yang
tertutup celana dalam putih. Sambil berjongkok seperti itu Wulan ajak
dia ngobrol. “Ayo di minum kopinya Bud, nanti keburu dingin”, kata
Wulan. “Oh, ya, ya, terima kasih”,
kata Budi sambil mengambil kopi yang memang masih panas, sambil kembali pandangannya menyambar ke arah bagian dalam paha Wulan.
Sekitar 3 menitan Wulan ngobrol dengan Budi membicarakan masalah
kopi, sambil tetap menjaga posisi Wulan. Wulan lihat Budi mulai gelisah
dan mukanya agak pucat. Apakah ia terangsang, tanya Wulan dalam hati.
Wulan kemudian bangkit dan duduk di sofa di tempat semula Wulan duduk.
Wulan duduk dengan menyilangkan kaki dan menumpangkan paha yang satu ke
atas paha yang lain. Wulan melihat lagi Budi sekilas melirik ke bagian
tubuh Wulan . “Hemmhhh ..”, Wulan mendengar Budi menghela napas. Bagian
bawah baju Wulan tertarik jauh ke atas hingga setengah paha, dan Wulan
yakin Budi dapat melihat paha Wulan yang terangkat (di atas paha yang
lain) hingga dekat ke pantat Wulan. Mereka terdiam beberapa saat. Secara
perlahan Wulan merasakan memek Wulan mulai berdenyut. Suasana ini
membuat Wulan mulai terangsang.
Pandangan Wulan tanpa terasa menyaksikan sesuatu yang mengguncang
dada. Wulan melihat mulai ada tonjolan di celana Budi di bagian dekat
pangkal paha. Dada Wulan berdebar-debar dan darah terasa mendesir. Wulan
tidak sanggup mengalihkan pandangan Wulan dari paha Budi. Astaga,
tonjolan itu semakin nyata dan membesar hingga tercetaklah bentuk
seperti batang pipa. Oh., ukuran tonjolan itu membuat Wulan mengejang.
Wulan merasa malu tetapi juga dicengkeram perasaan birahi. Muka Wulan
terasa memerah. Wulan yakin Budi pasti menyaksikan Wulan memandangi
tonjolan kontolnya. Untuk memecahkan suasana diam Wulan berusaha mencari
omongan.
Sebelumnya Wulan agak menyandar pada sofa dan menurunkan kaki Wulan
dari kaki yang lain. Sekarang Wulan duduk biasa dengan paha sejajar agak
terbuka. Bagian bawah baju Wulan tertarik ke atas. “Ehhheeehh”,
terdengar desah Budi. Kini ia dapat melirik dan menyaksikan dengan
leluasa kedua belah paha Wulan hingga bagian atas. Paha Wulan cukup
berisi berwarna putih. Budi seolah tidak dapat mengalihkan pandangannya
dari paha Wulan. Ohhhh .., Wulan lihat tonjolan di celananya tampak
berdenyut. Wulan merasakan nafsu yang menggejolak dan pumya keinginan
untuk meremas tonjolan itu. “Eh .. Bud, kenapa kamu? Kamu kok kayaknya
pucat lho”, astaga suara Wulan terdengar gemetar. “Ah..,Wulan .., enggak
… apa-apa kok”, suara Budi terputus-putus, wajahnya agak tersipu, merah
dan tampak pucat. “Itu kok ada tonjolan, memangnya kamu kenapa?”, kata
Wulan sambil menggangukkan kepala ke tonjolan di celananya. Ahh,
Wulan malu sekali waktu mengucapkan itu, tapi nafsu Wulan mengalahkan
semua pikiran normal. “Ehh.., euuuh., oh yahh ., ini lho, penampilan
Wulan beda sekali dengan biasanya” kata Budi jujur sambil terbata-bata.
Wulan paksakan diri untuk mengatakan. “Apa Budi tertarik . terangsang ..
melihat Wulan?”. “Ahh, saya nggak bisa bohong, penampilan Wulan .. eh .
tidak biasanya. Wulan mesti sudah bisa lihat kalau saya terangsang.
Kita kan sudah bukan keponakan kecil lagi” kata Budi. Tiba-tiba saja
Budi berdiri dan duduk di sebelah Wulan. “Wulan, . eh saya mohon mohon
maaf, tapi saya tidak sanggup menahan perasaan.
Wulan jangan marah … ” begitu saja meluncur kata-kata itu dari Budi.
Ia mengucapkan dengan sangat perasaan dan sopan. Wulan
terlongong-longong saja mendengar kata – katanya.. “Ahh .. Bud .”, hanya
itu kata yang terucap dari mulut Wulan.
Dengan beraninya Budi mulai memegang tangan kanan Wulan dan
mengusap-usapnya dengan lembut. Diangkatnya tangan Wulan dan diciumi
dengan lembut. Dan yang menggairahkan Wulan, jari-jari tangan Wulan
dijilat dan dihisapnya. Wulan terbuai dan terangsang oleh perbuatannya.
Tiba-tiba saja diletakkannya tangan Wulan tepat di atas kontolnya yang
menonjol. Tangan Wulan terasa mengejang menyentuh benda yang keras dan
liat tersebut. Terasa ****** Budi bergerak-gerak menggeliat akibat
sentuhan dan remasan tangan Wulan. “Eehhmm.” Budi mendesah. Tanpa terasa
Wulan mulai meremas-remas tonjolan itu, dan ****** batang Budi terasa
semakin bergerak-gerak. “Oooh Wulan, eeehhhmmm … ohhgg, nikmaat sekali
.”, Budi mengerang. “Eeehhh .
jangan terlalu keras meremasnya, ahh .. diusap-usap saja, saya takut
tidak kuat nahannya”, bisik Budi dengan suara gemetar. Budi mulai
membelai kepala Wulan dengan kedua tangannya. “Kak Wulan lehernya putih
sekali”, katanya lagi. Wulan merasa senang mendengar ucapannya.
Dibelainya rambut Wulan dengan lembut sambil menatap muka Wulan. Wulan
bergetar memandang tatapannya dan tidak mampu melawan pandangannya. Budi
mulai menciumi pipi Wulan. Dikecupnya kedua mata Wulan mesra.
Digesek-gesekkannya hidungnya ke hidung Wulan ke bibir Wulan
berlama-lama bergantian. Saat itu tidak hanya birahi yang melanda Wulan
.. tetapi juga perasaan Wulanng yang muncul. Ditempelkannya bibirnya ke
bibir Wulan dan digesek-gesekkan. Rasa geli dan panas terasa menjalar
merambat dari bibir Wulan ke seluruh tubuh dan bermuara ke daerah
selangkangan.
Wulan benar-benar terbuai. Wulan tidak lagi mengusap-usap kontolnya
dari balik celana, tetapi kedua lengan Wulan sudah melingkari lehernya
tanpa sadar. Mata Wulan terpejam erat-erat menikmati cumbuannya.
Tiba-tiba terasa lidahnya menerobos masuk mulut Wulan dan dijulurkannya
menyentuh ujung lidah Wulan. Dijilatinya lidah Wulan dengan lidahnya.
“Eenggghh ..” Tanpa sadar Wulan menjulurkan lidah Wulan juga. Kini
mereka saling menjilat dan napas Wulan tersengal-sengal menikmati
kelezatan rangsangan pada mulut Wulan. Air ludah Wulan yang mengalir
dijilati oleh Budi. Seperti orang kehausan, ia menjilati lidah dan
daerah bibir Wulan. “Aaauungghh .. ooohhhh…”, Wulan mulai
mengerang-erang. Napas Budi juga terdengar memburu, “Heeeghh… hhnghh”,
ia mulai mendesah-desah. Muka mereka sekarang berlepotan ludah, bau
ludah tercium tetapi sangat Wulan nikmati. Dikenyot-kenyotnya lidah
Wulan kini sambil menjelajahkan lidahnya di rongga mulut Wulan.
Wulan membuka mulut Wulan selebar-lebarnya untuk memudahkan Budi.
Sekali-kali ia menghirup cairan ludah Wulan. Wulan tidak menyangka,
laki-laki yang sehari-hari tampak sopan ini sangat menggila di dalam
sex. Dijilat-jilatnya juga leher Wulan. Sekali-kali leher Wulan
digigit-gigit. Ohhh .., alangkah nikmatnya, Wulan sangat menikmati yang
ia lakukan pada Wulan. Tiba-tiba Budi menghentikan aktivitasnya, “Wulan,
pakaiannya saya buka yaahh”. Tanpa menunggu jawaban Wulan, ia mulai
membuka kancing-kancing baju dari atas hingga ke bawah. Dilepaskannya
baju Wulan. Sekarang Wulan tergolek bersandar di sofa hanya dengan BH
dan celana dalam saja beralaskan baju yang sudah terlepas. “Indah sekali
badan Wulan. Putih sekali”, katanya. Diusap-usapnya perut
Wulan.Diciumnya lembut perut Wulan dan dijilatnya sedikit pusar Wulan.
Rasa geli dan nikmat menjalar dari pusar dan kembali bermuara di daerah
kemaluan Wulan. Budi mengalihkan perhatiannya ke tetek Wulan.
Diusap-usapnya tetek Wulan dari balik BH. Perasaan geli tetapi nyaman
terasa pada tetek Wulan. Tanpa diminta Wulan buka BH sendiri. Kini
kedua tetek Wulan terpampang tanpa penutup. Bayu memandangi kedua
gundukan di dada Wulan dengan muka serius. Tetek Wulan yang montok dan
kenyal dengan pentil berwarna coklat muda. Kemudian ia mulai
membelai-belai kedua tetek Wulan. Merinding nikmat terasa tetek Wulan.
Semakin lama belaiannya berubah menjadi pijitan-pijitan penuh nafsu.
Kenikmatan terasa menerjang kedua tetek Wulan. Wulan mengerang-erang
menahan rasa nikmat ini. Kini dijilatinya pentil tetek yang sebelah
kanan. Tidak puas dengan itu dikenyotnya pentil tadi dalam-dalam sambil
meremas-remas tetek. Wulan tidak dapat menahan nikmat dan tanpa terasa
tubuh Wulan menggeliat-geliat liar.
Cairan terasa merembes keluar memek Wulan dan membasahi celana dalam
yang Wulan kenakan. Kini Budi berpindah ke tetek dan pentil Wulan yang
sebelah kiri dan melakukan hal yang sama. Dikenyutnya pentil Wulan
sambil digigit-gigit, dan diremas-remasnya pula kedua tetek Wulan.
Perasaan nikmat membakar tetek Wulan dan semakin lama rasa nikmat itu
menjalar ke lubang memek Wulan. memek Wulan terasa basah kuyup oleh
cairan yang keluar. Wulan mengerang-erang dan mengaduh-aduh menahan
nikmat, “Oooohh Buuuud..”. Tangan Budi sekarang menjalar ke bagian
celana dalam Wulan. “Ahhh, Wulan celananya sudah basah sekali”, kata
Budi. “Enghh, iya Buud.., Wulan sudah sangat terangsang, ooohhh, nikmat
sekali”, kata Wulan. Tepat di bagian depan memek Wulan, jari-jarinya
membelai-belai bibir memek melalui celana dalam. Rasa geli bercampur
nimat yang luar biasa menerjang memek Wulan. Wulan tidak dapat menahan
rasa nikmat ini, dan mengerang -erang. Kemudian Budi menarik dan melepas
celana Wulan. Kini Wulan tergeletak menyandar di sofa tanpa busana sama
sekali. “Ohh, indah sekali”, kata Budi.
Diusap-usapnya rambut jembut Wulan yang jarang-jarang itu. “Sangat
merangsang lan”, kata Budi. Dibukanya kedua belah paha Wulan, dan
didorong hingga lutut Wulan menempel di perut dan dada. Bibir-bibir
memek Wulan kini terbuka lebar dan dapat Wulan rasakan lubang memek
Wulan terbuka. Wulan merasa ada cairan merembes keluar dari dalam lubang
memek. Wulan sudah sangat terangsang. Tiba-tiba saja Budi berlutut di
lantai dan ohhhhh, diciumnya memek Wulan. “Ahh, jangan Bud, malu…”, kata
Wulan kagok. Budi tidak perduli. Dijilatinya memek Wulan. Perasaan
nikmat menyerbu daerah selangkangan Wulan. Wulan tidak dapat berkata
apa-apa lagi dan hanya menikmati yang dia lakukan.
Dijilatinya kelentit Wulan, dan sekali-sekali dijulurkannya lidahnya
masuk ke lubang memek yang sudah sangat basah itu. Ujung lidah Budi
keluar masuk lubang kenikmatan Wulan, kemudian berpindah ke kelentit,
terus berganti-ganti. Tangan Budi meremas-remas tetek Wulan dengan
bernafsu. Slerp, slerp .., bunyi lidah dan mulutnya di memek Wulan.
Kenikmatan semakin memuncak di memek Wulan, dan terasa menembus masuk
hingga ke perut dan otak Wulan. Wulan tidak mampu lagi menahannya. Kedua
kaki Wulan mengejang-ngejang, Wulan menjepit kepala Budi dengan tangan
dan Wulan tarik sekuat-kuatnya ke memek Wulan. Wulan gosok-gosokkan
mukanya ke memek Wulan. “Oooh, Buuud, Wulan keluar, ooooohhh …, nikmat
sekali, oohhhh” Wulan menjerit dan mengerang tanpa Wulan tahan lagi.
Rasa nikmat yang tajam seolah menusuk-nusuk memek dan menjalar ke
seluruh tubuh. Terpaan nikmat itu melanda, dan tubuh Wulan terasa
mengejang beberapa saat. Sesudah kenikmatan itu lewat, tubuh Wulan
terasa lemah tetapi lega dan ringan. Kaki Wulan terjuntai lemah. Budi
sudah berdiri. Ia kini melepas seluruh bajunya. Celana panjang
dipelorotkannya ke bawah dan dilepas bersama dengan celana dalamnya.
Oohhhhh, tampak pemandangan yang luar biasa. Budi ternyata memiliki
****** yang besar, tidak sesuai dengan badannya yang sedang-sedang
ukurannya. ****** itu berwarna coklat kemerahan. Suami Wulan bertubuh
lebih besar dari Budi, tetapi ****** Budi ternyata luar biasa. Astaga,
ia mengocok-kocok ****** itu yang berdiri kaku dan terlihat mengkedut –
kedut. Kepala kontolnya tampak basah karena cairan dari lubang
kencingnya. Tanpa Wulan sadari, tangan Wulan menjulur maju dan membelai
****** itu. Ogghhh besarnya, dan alangkah kerasnya. Wulan remas
kepalanya, oohhhh ..
Keras sekali, Wulan peras-peras kepalanya. Budi mengejang-ngejang dan
keluar cairan bening menetes-netes dari lubang di kepala kontolnya.
“Ahhhhh, jangan Wulan, saya nggak tahan, nanti saya muncrat keluar”,
bisiknya sambil mengerang. “Saya mau keluarkan di dalam memek Wulan
saja, boleh yahhh ?”, kata Budi lagi. “Ahh, iya, Buud .., cepetan
masukin ke memek Wulan, ayoohh”, kata Wulan. ****** yang keras itu Wulan
tarik dan tempelkan persis di depan lubang memek Wulan yang basah kuyup
oleh cairan memek dan ludah Budi. Tidak sabar Wulan rangkul pantat
Budi, Wulan jepit pula dengan kedua kaki Wulan, dan Wulan paksa tekan
pinggulnya.
Ahhhhh, lubang memek Wulan terasa terdesak oleh benda yang sangat
besar, ohhhh dinding-dinding memek Wulan terasa meregang. Kenikmatan
mendera memek Wulan kembali. ****** itu terus masuk menembus
sedalam-dalamnya. Dasar lubang memek Wulan sudah tercapai, tetapi ******
itu masih lebih panjang lagi. Belum pernah Wulan merasakan sensasi
kenikmatan seperti ini. Wulan hanya tergolek menikmati kebesaran ******
itu. Budi mulai meremas-remas tetek Wulan dengan kedua tangannya.
Tiba-tiba ****** itu mengenjot memek Wulan keluar masuk dengan cepatnya.
Wulan tidak mampu menahannya lagi, orgasme kembali melanda, sementara
****** itu tetap keluar masuk dipompa dengan cepat dan bertenaga oleh
Budi. “Aduuuhh, Buud, nikmat sekali.., aku nggak kuat lagi ..”. Wulan
merengek-rengek karena nikmatnya. “Hheehhhheh, sebentar lagi saya
keluaaaar lan ..”, kata Budi. Kocokannya semakin menjadi-jadi. Tiba-tiba
terasa tubuhnya menegang. “Ahhhuuuggh, saya keluar laan .”, erang Budi
tertahan-tahan. ****** Budi terbernam sedalam-dalamnya. Crut .. cruutt .
crutt, Wulan merasakan ada cairan hangat menyemprot jauh di dalam memek
Wulan seolah tanpa henti.
Budi memeluk Wulan erat-erat sambil menyemprotkan cairan maninya
didalam memekku. Mukanya tampak menegang menahan kenikmatan. Ada sekitar
satu menit ia meregang nikmat sambil memeluk Wulan. Sesudah itu Budi
menghela napas panjang. “Saya tidak tahu apakah saya menyesal atau
tidak, … tapi yang tadi sangat nikmat. Terima kasih Wulan”. Diciuminya
muka Wulan. Wulan tidak dapat berkata apa-apa. Air mata Wulan menetes
keluar. Wulan sangat menyesali yang telah terjadi, tetapi Wulan juga
menikmatinya sangat mendalam. Saat itu Wulan juga merasakan penyesalan
Budi. Wulan tahu ia sangat menyayangi Dian istrinya. Tetapi nasi sudah
menjadi bubur. Sejak kejadian itu, mereka hanya pernah mengulangi
bersetubuh satu kali. Itu mereka lakukan kira-kira di minggu ketiga
bulan Januari.
Yang kedua itu mereka melakukannya juga dengan menggebu-gebu. Sejak
itu mereka tidak pernah melakukannya lagi hingga kini. Mereka masih
sering bertemu, dan berpandangan penuh arti. Tetapi mereka tidak pernah
sungguh-sungguh untuk mencari kesempatan melakukannya. Wulan masih terus
didera nafsu sex setiap hari. Wulan masih terus bermain dengan internet
dan menjelajahi dunia sex internet. Wulan terus berusaha menekan
birahi, tetapi Wulan merasa tidak mampu. Mungkin suatu saat Wulan nanti
Wulan akan melakukannya lagi dengan Budi, dengan segala perasaan dan
kegalauan yang menyertai.
Belum ada tanggapan untuk "ISTRI TEMAN YANG HAUS SEKS"
Posting Komentar