CERITA DEWASA | CERITA MESUM | CERITA SEX ABG | CERITA PORNO | FOTO PORNO
Sebenarnya ini semua hanya bermula dari keisenganku menggoda isteri
temanku yang kukira sedang kesepian. Aku mencoba membohonginya dengan
membaca beberapa ciri khas ditubuhnya demi untuk dapat menidurinya,
tetapi diluar dugaanku ramalanku ternyata cocok, dan tanpa menceritakan
affairku dengannya ternyata Evie sudah menceritakan kemampuanku ini pada
semua kenalannya, sehingga aku menjadi seperti saat ini, paranormal!
Aku sangat menikmati kemampuan baruku ini, meskipun tidak pada setiap
orang aku berani mengganggunya, tetapi anehnya hampir semua klienku
bersedia menuruti permintaanku tanpa rewel, cuma seperti yang kukatakan,
tak semuanya aku tiduri!
Seperti siang ini, dikantorku sudah ada beberapa wanita menungguku,
ketika aku datang, aku sempat tersenyum kepada mereka dan memandang
mereka satu persatu. Semuanya rata rata perempuan kaya dan cantik,
tetapi ada seorang ibu yang kelihatan anggun dengan tubuh yang tinggi
besar sangat sesuai dengan seleraku. Dimeja kerjaku kulihat berjajar 4
lembar kartu kecil bertuliskan nama nama pasienku, kartu ini dibuat oleh
sekretarisku Lenny.
Kubaca satu persatu tetapi aku tak dapat menduga mana kartu ibu yang
kuinginkan itu, sehingga kupanggil Lenny untuk memanggil mereka satu
demi satu. Lenny sudah menjadi sekretarisku selama 3 tahun, jarang ada
sekretarisku yang tahan begitu lama, karena rata rata mereka cantik
sehingga mereka laku keras untuk kimpoi.
Lenny seringkali juga memuaskan nafsuku, terutama bila aku sedang
iseng dikantor ini, kami sering bercinta dimeja kerja, dikursi bahkan
dikamar mandi , semuanya kami lakukan dengan diam diam tanpa ada
seorangpun yang tau.
Lennypun tahu dengan jelas hobbyku main cewek, bahkan seringkali dia
kusuruh mengintai manakala aku berhubungan sex dengan klienku dan
biasanya setelah itu, Lenny juga minta jatah karena dia tak dapat
menahan nafsunya sendiri.
Lenny dengan gayanya yang anggun dan alim segera memanggil salah satu
dari tamuku, ketika siibu masuk ternyata bukan ibu yang kuinginkan
melainkan seorang ibu muda yang kelihatan genit tetapi wajahnya
kelihatan kalau dalam keadaan sumpeg. Kuperhatikan tubuhnya dari jauh,
ia memakai blus tanpa lengan sehingga memamerkan lengannya yang mulus
sementara tubuhnya langsing dengan pantat yang besar. Bibirnya agak
tebal dan wajahnya cantik sekali.
Ia langsung menyalami aku dan memperkenalkan namanya Ria, rupanya ia
lebih senang dipanggil dengan nama kecilnya daripada dengan nama
suaminya, aku yakin dia sudah bersuami karena sempat kulihat cincin
kimpoi berlian yang melingkar dijarinya. Setelah berbasa basi sejenak
Ria segera menceritakan masalahnya kepadaku, rupanya dia sedang dalam
kesulitan karena hobbynya bermain judi. Meskipun judi dilarang di
Jakarta ini, tetapi ia berjudi melalui jaringan parabola , katanya dia
dulu menang cukup banyak tetapi sudah 2 bulan ini dia terus menerus sial
sehingga hampir semua hartanya sudah habis. Saat ini dia takut kalau
suaminya tahu dan dia akan diceraikan.
Aku tersenyum mendengar ceritanya ini, bagiku ini kasus biasa dan
mudah, pasti beres. Tanpa membuang waktu aku menanyai Ria apakah
menjelang dia kalah terus itu dia pernah melakukan sesuatu yang kurang
baik, dia menyatakan rasanya kok tidak pernah, karena katanya kalau dia
menang maka dia selalu baik kepada orang lain.
Aku berkata kepadanya bila memang begitu maka kemungkinan sialnya ada
dibadannya dan aku harus mencarinya dan kemudian menangkalnya. Tanpa
ragu kusuruh ia membuka pakaiannya dan telanjang bulat didepanku. Ria
memandangku dengan tajam dan kemudian dia bangkit dan mulai melepas
pakaiannya. Diluar kebiasaan yang aku ketahui, yang pertama dibuka Ria
adalah roknya dan kemudian celana dalamnya sehingga aku langsung dapat
melihat nonoknya yang dihiasi jembut hitam, baru kemudian dia membuka
blus dan behanya.
Seperti dugaanku susu Ria tidak terlalu montok tetapi mengkal dan
bulat dengan pentil merah muda. Dalam keadaan telanjang bulat Ria
berdiri mematung didepanku kakinya rapat dan tangannya terlipat
diperutnya. Kusuruh ia berputar sehingga aku juga dapat melihat
pantatnya yang montok itu, benar benar seksi. Dari apa yang kulihat aku
langsung menyuruhnya duduk didepanku. Kukatakan bahwa aku sudah tahu
dimana letak sialnya yaitu dari paha kanannya.
Aku katakan bahwa semuanya sudah beres. Ria rasanya tidak percaya
kalau aku mengatakan seperti itu, dia minta agar aku membuktikan kata
kataku itu. Dengan ngawur aku minta dia mencabut jembutnya sendiri
secara sembarangan, Ria menuruti permintaanku itu dan meletakkan
jembutnya dimejaku. Kusuruh ia menghitungnya ternyata jumlahnya 3
lembar, kusuruh ia mencabut sekali lagi dan kali ini jumlahnya 4 lembar.
Kuminta dia untuk memasang taruhan diangka 34 atau 43 dan buktikan
sendiri.
Baru saat itu Ria bisa tersenyum, ia mengucapkan terimakasih dan
segera kuminta ia berpakaian kembali. Selesai merapikan pakaiannya, Ria
menjabat tanganku erat erat dan mengatakan terimakasih. Aku mengangguk
ramah, dan aku yakin bilamana saat itu aku minta dia untuk menghisap
kont*lku pasti dia dengan senang hati mau melakukannya, tetapi aku punya
target lain.
Ketika Ria keluar seorang ibu menyusul masuk, lagi lagi bukan ibu
yang kuinginkan kali ini seorang ibu berumur sekitar 40 tahunan,
wajahnya cantik tanpa polesan make up yang menyolok , ia memperkenalkan
dirinya sebagai ibu Sugito, seorang pejabat penting yang pernah kudengar
namanya. Ia langsung bercerita kalau suaminya punya simpanan wanita
yang hebat sehingga dia merasa sedih sekali.
Meskipun sejak dulu dia tahu kalau suaminya sering main perempuan,
tetapi baru kali ini dia kecantol dengan pacarnya. Aku langsung
mengatakan bahwa aku harus melihat tubuhnya agar bisa melihat dimana
letak masalahnya. Mulanya ibu ini agak keberatan dia bertanya apakah
tidak bisa kalau hanya dengan melihat wajah atau bagian lain yang
terbuka. Aku hanya berkata enteng, kalau ibu percaya pada saya silahkan,
kalau tidak silahkan juga kembali karena hanya itu caraku memeriksa
pasien.
Dengan hati berat dia mulai membuka pakaiannya, pertama yang
dibukanya adalah jacket ungunya, ketika ia melepaskan jacket itu aku
sempat melihat ketiaknya yang lebat dengan bulu, aku sempat tertegun
melihatnya karena bila ketiaknya saja seperti itu alangkah lebat
jembutnya. Susu bu Sugito montok tetapi sudah agak kendur dengan pentil
coklat kehitam hitaman, ketika ia membuka roknya, kembali ia ragu.
Gerakannya terhenti sementara ia berdiri dengan hanya memakai celana
dalam tipis berwarna putih yang jelas sekali menampakkan bayangan
jembutnya yang hitam dan lebat itu. Aku sengaja mendiamkannya karena aku
mau melihat apa yang dimaui ibu ini, tetapi aku sudah merencanakan
bahwa ibu yang satu ini akan aku periksa habis habisan biar dia kapok.
Akhirnya bu Sugito jadi juga membuka celananya sehingga terpampanglah
dihadapanku tubuhnya yang mulus dengan bulu yang sangat lebat dipangkal
pahanya serta diketiaknya. Dari yang aku lihat ini aku langsung tahu
bahwa ibu ini *********. Jadi aku heran juga kenapa dia begitu ragu ragu
untuk telanjang dihadapanku, hal ini membuat aku jadi ingin mengetahui
sebabnya. Ibu Sugito hanya berdiri mematung didepanku tangannya berusaha
menutupi pangkal pahanya.
Aku langsung berdiri dari kursiku dan berjalan mendekatinya, aku
memutari tubuhnya yang bersih dan harum itu, tetapi tak ada sesuatu yang
janggal. Tanpa ragu kusuruh dia duduk disofa yang ada diruangku dan
kubaringkan. Dengan pelahan aku merentangkan kakinya sehingga aku dapat
melihat nonoknya yang penuh bulu itu, karena bulunya sangat lebat,
terpaksa aku menyibakkannya sehingga dapat kulihat bibir kemaluannya.
Aku agak kaget ketika kulihat liang nonok ibu Sugito ini begitu lebar
dan bibirnya menjuntai keluar.
Rupanya ibu Sugito senang masturbasi dengan alat alat sehingga
liangnya jadi molor seperti ini. Aku langsung menanyakan hal ini
kepadanya dan dengan malu malu dia mengiakan dugaanku. Untuk menangkal
masalahnya, aku minta ibu Sugito untuk saat itu juga melakukan
masturbasi didepanku, dengan ragu ragu ia berdiri dan mengambil
handbagnya, dari situ ia mengeluarkan sebuah alat mirip kont*l yang
berwarna coklat, setelah itu dia duduk lagi dan mengambil posisi seperti
jongkok untuk kemudian kont*l karet itu dimasukkannya kedalam liang
nonoknya sampai amblas tinggal pangkalnya saja. Setelah itu dia memutar
mutar pantatnya diatas kont*l karet itu sambil memejamkan matanya.
Aku sendiri jadi tak tahan melihat pemandangan ini, akupun duduk
didepannya dan kukeluarkan kont*lku yang langsung juga kukocok kocok
mengimbangi bu Sugito yang sedang asyik, bu Sugito jadi kaget ketika
melihat aku mengeluarkan kont*lku yang begitu panjangnya, gerakannya
terhenti memandang kont*lku yang 18 cm itu. Ternyata dia berani juga
menanyakan mengapa kok tidak kont*lku saja yang dimasukkan nonoknya agar
benar benar nikmat, aku mengatakan bahwa aku tidak boleh melakukan itu.
Kuminta dia agar segera berusaha mencapai puncak kenikmatannya.
Rupanya ibu Sugito tidak tahan melihat tanganku mengelus elus kont*lku
sendiri yang tegak lurus seperti tiang bendera itu. Ia mulai merintih
makin lama makin keras dan akhirnya ia mengejang mencapai kepuasannya.
Dasar *********, ketika ia melepas kont*l karetnya, tangannya ikut
ikutan meremas kont*lku dengan lembut. Aku berkata kepadanya bahwa aku
mau memasukkan kont*lku kenonoknya asal aku tidak melakukan gerakan
apapun.
Ibu Sugito mengangguk dan akupun segera mengarahkan kont*lku keantara
selangkangan bu Sugito yang sudah merentangkan kakinya lebar lebar itu.
Sekali tekan kont*lku masuk separuh dan ternyata aku tidak bisa
menghabiskan seluruh kont*lku kedalam liangnya. Aku benar benar heran,
karena dengan kont*l karet yang begitu besar dia sanggup menelannya
sampai habis, tetapi kenapa kont*lku kok hanya masuk tiga perempatnya.
Aku tidak perduli, sementara ibu Sugito sibuk memutar mutar pantatnya
agar dia dapat mencapai orgasme lagi.
Memang benar sekitar 5 menit dia merintih keras dan kurasakan cairan
hangat membasahi ujung kont*lku. Tanganku segera meraih interkom dan
kupanggil Lenny agar masuk. Ketika Lenny memasuki ruanganku, ibu Sugito
jadi kaget dan berusaha menutupi tubuhnya, tetapi Lenny tak perduli, dia
langsung mendatangi aku yang duduk dikursi.
Aku minta Lenny untuk mengambil tisue basah dan membersihkan kont*lku
yang masih gagah itu dengan tisue. Lenny dengan sigap mengeringkan
cairan nonok ibu Sudrajad yang ada dikont*lku sementara aku diam saja
diatas kursi, ketika semuanya sudah kering dan bersih, Lenny tanpa
sungkan sempat mengulum ujung kont*lku serta meremasnya sebelum dia
masuk lagi keruangannya.
Aku langsung kembali ketempat dudukku dan segera kuberikan penangkal
tambahan untuk masalah ibu Sugito ini, aku yakin bahwa dalam waktu 1
minggu suaminya akan kembali kepadanya, karena sebenarnya ibu Sugito
sangat pandai memuaskan suaminya hanya saja mungkin belakangan ini dia
terlalu sering main sendiri sehingga dia jadi lengah.
Baru pasien yang ketiga, ibu yang aku inginkan memasuki ruangan
kantorku, benar benar cantik dan anggun tinggi besar dengan rambut
sebahu, bibir sensual dan hidung mancung, kakinya mulus dan ramping
benar benar aduhai. Ketika memperkenalkan diri, tangannya terasa hangat
dan empuk sekali, suaranya yang agak serak membuat aku makin terangsang
sehingga hampir aku tidak mendengar ketika ia menyebutkan namanya
Pratiwi. Aku berusaha bersikap tenang dan wajar mendengarkan keluhannya.
Pratiwi adalah seorang pengusaha yang menjadi rekanan pemerintah,
omzetnya miliaran, tetapi belakangan ini bisnisnya mengendur karena
banyak tender yang meleset dan jatuh ketangan pengusaha lain. Dia sudah
berusaha macam macam tetapi semuanya gagal total bahkan belakangan ini
perusahaannnya hampir kena penalti karena kekeliruan karyawannya.
Pratiwi benar benar gelisah dan ngeri oleh semuanya ini. Wajahnya
yang cantik kelihatan tegang dan dicuping hidungnya kulihat bintik
bintik keringat menambah keseksiannya. Melihat aku memandangnya, Pratiwi
juga balas memandang tanpa berkedip. Tiba tiba aku bertanya kepadanya,
apakah dia percaya bahwa kehidupan seks nya sangat mempengaruhi
pekerjaannya, Pratiwi mengangguk dengan pelan, kulihat matanya sedikit
berkedip seperti kaget.
Aku langsung menyambung pertanyaanku dengan pertanyaan yang aku
sendiri tidak menyangka kalau itu keluar dari mulutku, karena aku
menanyakan apakah dia seorang lesbian. Diluar dugaanku dia mengangguk,
tetapi dia menambahkan bahwa dia juga suka berhubungan dengan pria. Aku
menanyakan kepada Pratiwi, coba ibu tebak, berapa kira kira panjang
kemaluan saya, karena jika ibu bisa tepat menduganya, maka berarti saya
dapat menangkal masalah ibu.
Pratiwi agak menyeringai mendengar perkataanku itu. Dengan ragu ia
bertanya maksudnya panjang waktu tidur atau waktu berdiri. Aku
menjelaskan yang mana saja pokoknya tepat. Pratiwi terdiam sambil
berpikir keras, aku tahu dia bingung karena saat itu aku duduk dikursi
dibelakang meja kantorku, dan akupun memakai pakaian lengkap sehingga
dia tidak mempunyai bayangan apapun tentang kont*lku. Tiba tiba saja dia
meraih penggaris yang ada dimejaku dan merentangkan jari jarinya diatas
penggaris itu untuk kemudian ditunjukkannya kepadaku.
Aku melihat angka yang tertera diujung jari Pratiwi, aku kaget karena
disitu tercantum angka 18.5 cm, hampir sesuai dengan kenyataannya.
Pratiwi bertanya apakah itu benar, aku hanya berkata coba ukur saja
sendiri. Aku langsung berdiri memutari mejaku dan mendekati Pratiwi yang
sedang duduk, kubuka celanaku dan kukeluarkan kont*lku yang masih lemas
itu.
Pratiwi melirik kont*lku dan mengambil penggaris untuk mencoba
mengukurnya, dengan ragu ragu satu tangannya memegang kont*lku sementara
yang satunya memegang penggaris. Tentu saja ukurannya tidak tepat
karena masih lemas, seperti yang sudah kuduga, tangan Pratiwi meremas
remas kont*lku agar ngaceng dan mengurut urut. Kubiarkan saja semua
gerakannya itu, tetapi percuma saja karena kont*lku tetap tidur nyenyak.
Tiba tiba saja ia menundukkan kepalanya dan ……slep …..kont*lku sudah
terjepit diantara bibirnya yang tebal itu, terasa hangat dan lembut
sekali, kurasakan bibirnya menjepit kont*lku dengan gerakan yang lancar
meskipun tak sedikitpun Pratiwi membasahi kont*lku dengan ludahnya.
kont*lku mulai bangun dan makin lama makin mengembang, sementara Pratiwi
makin lancar mengulumnya, tanganku mulai bergerak meraba buah dada
Pratiwi yang montok dan kenyal itu, tanpa ragu ragu tanganku menerobos
blousenya dan meremas buah dadanya, tak kukira bahwa Pratiwi tidak
memakai beha, aku dapat merasakan puting susunya yang kecil tetapi keras
seperti batu itu, kuremas remas susunya, dan kupelintir puting susunya.
Rasa geli disekeliling kont*lku membuat aku jadi tak tahan lagi,
bayangkan sejak tadi aku sudah terangsang oleh ulah beberapa ibu yang
aku temui, maka saat ini rasanya sudah maksimal dan syer ……. syer
……croot , airmaniku memancar keras sekali dua, tiga dan empat kali
memancar memenuhi mulut Pratiwi, tak sedikitpun Pratiwi melepaskan
kont*lku semuanya masuk didalam mulutnya dan saking banyaknya sampai
sebagian mengalir keluar dari samping bibirnya. Aku meremas buah dadanya
sekeras kerasnya Pratiwi diam saja, dia asyik menelan air maniku.
Setelah dilihatnya aku sudah puas, Pratiwi mengeluarkan kont*lku dari
mulutnya dan langsung diukurnya kont*lku yang masih ngaceng itu dengan
penggaris. Dia tersenyum ketika melihat bahwa dugaannya benar. Aku juga
tersenyum karena hisapan Pratiwi yang nikmat itu. Tiba tiba Pratiwi
berdiri, tanpa kuduga ia mulai membuka pakaiannya sehingga telanjang
bulat.
Ia berkata bahwa sekarang saatnya aku memuaskan dia agar jadi seri.
Aku jadi bernafsu lagi melihat tubuh Pratiwi yang luar biasa itu,
susunya montok dan kenyal dengan puting yang berwarna merah muda sangat
serasi sekali dengan kulitnya yang putih kekuning kuningan itu,
sementara ketiaknya juga berbulu lebat, sesuatu yang sangat aku senangi,
sedangkan pangkal paha Pratiwi benar benar menakjubkan, karena meskipun
jembutnya sangat lebat, tetapi Pratiwi telah mencukur sebagian
jembutnya sehingga hanya tinggal bagian tengahnya tegak lurus dari pusar
sampai kebukit nonoknya.
Meskipun saat itu kami masih sama sama berdiri, Pratiwi tak segan
segan merapatkan tubuhnya dan menciumku dengan mengeluarkan lidahnya
yang hangat menelusuri rongga mulutku, tanganku dengan lincah
mengarahkan kont*lku keliang nonoknya yang tepat menempel didepan
kont*lku itu. Begitu ujungnya menempel, aku segera menggendong Pratiwi
dan menekankan kont*lku sampai amblas kedalam liang nonoknya. Dengan
posisi menggendong Pratiwi dan mulut masih berkutat dengan ciuman aku
berjalan menuju sofa.
Pratiwi benar benar pemuas nafsu pria rupanya, karena meskipun dalam
posisi yang sulit yaitu aku menggendongnya dan kakinya menjepit
pantatku, dia masih sempat juga menggerak gerakan pantatnya untuk
memilin kont*lku yang sepertinya melengkung karena posisi tubuh kami
yang berdiri ini. Begitu kami roboh diatas sofa, ciuman kami terlepas
dan Pratiwi melenguh sejenak, mungkin dia merasakan enaknya sodokan
kont*lku yang notok sampai keliang rahimnya itu.
Tanpa malu malu Pratiwi mengangkat kakinya tinggi tinggi dan
meletakannya diatas bahuku. Posisiku jadi bebas sekali, dengan ringan
aku mendayung liang nonok Pratiwi yang sudah mulai becek itu, dan diapun
dengan lincah memutar mutar pantatnya mengimbangi tusukan kont*lku.
Kurasakan liang nonok Pratiwi yang peret dan berpasir itu membuat
kont*lku terasa geli sekali, entah berapa lama aku memaju mundurkan
pantatku, tetapi Pratiwi masih juga belum mencapai puncaknya begitu juga
diriku sendiri.
Kuhentikan gerakanku dan kuminta Pratiwi untuk menungging agar aku
bisa menyetubuhinya dari belakang, aku benar benar mata gelap dengan
nafsu. Aku tak perduli lagi kalau mungkin diluar masih ada pasien yang
menungguku, yang penting sekali ini aku harus membuat Pratiwi terpuaskan
dan selanjutnya membantu kesulitannya agar tertanggulangi. Ketika
Pratiwi sudah menungging, tampaklah nonoknya yang sudah basah kuyup itu
dipantatnya juga banyak bulu jembut sebagai tanda kalau memang jembut
Pratiwi luar biasa tebalnya.
Aku langsung menempelkan ujung kont*lku yang sudah merah padam itu
kecelah nonok Pratiwi dan slep…….. bloos…….. kont*lku amblas sampai
hanya tinggal pelirku saja yang menggantung diluar. Tanganku meraih buah
dada Pratiwi dan meremas remasnya, saat itu mulai kudengar rintihan
Pratiwi mula mula pelan tetapi makin lama makin keras dan tiba tiba
kurasakan liang nonok Pratiwi mengejang ejang dan hangat sekali.
Kurasakan rasa geli dan nikmat yang luar biasa saat itu, karena jepitan
nonok Pratiwi sementara aku merojoknya membuat kont*lku seperti diurut.
Dan tanpa bisa kutahan lagi akupun ambrol merasakan nikmatnya nonok
Pratiwi, air maniku menyembur menabrak dinding dinding kemaluannya dan
bercampur dengan lendir yang keluar dari nonoknya. Aku terkulai lemas
sementara Pratiwi menggigit pundakku karena menahan rasa nikmat dan agar
tidak sampai berteriak karena rasa nikmat tadi.
Dalam keadaan masih gemetar, aku segera memakai pakaianku kembali
begitu juga dengan Pratiwi, wajahnya semeringah dan tersenyum terus. Aku
berpura pura seperti tak ada apa apa dan setelah kami berdua duduk
berhadapan, aku memanggil Lenny masuk. Lenny tersenyum melihat wajahku
yang mungkin kentara kalau habis main seks itu. Aku minta dibuatkan
minum dan Lenny dengan patuh membuatkan minuman buat kami berdua.
Bagiku masalah Pratiwi bukan hal yang sulit dengan bermeditasi
sejenak aku sudah berhasil menyelesaikan masalahnya, karena ada Bapak
pejabat yang pernah ditolak olehnya untuk berhubungan intim rupanya
sakit hati dan selalu mempersulit Pratiwi. Aku katakan pada Pratiwi
bahwa bapak itu sekarang sudah berubah tetapi sebaiknya Pratiwi jangan
sekali kali memberi dia kenikmatan karena berbahaya. Pratiwi mengangguk
manja dan ketika mau pulang dia sempat mencium bibirku lama sekali. Aku
berjanji pada Pratiwi untuk sekali kali makan siang dengannya tentu
setelah itu kita juga perlu kenikmatan seks.
Belum ada tanggapan untuk "CEWEK MANIAK SEKS"
Posting Komentar