CERITA DEWASA | CERITA MESUM | CERITA SEX | CERITA PORNO | FOTO PORNO
Perkenalkan, umurku 31 tahun dan namaku Alya. Aku seorang wanita
menikah, dan tahun ini merupakan tahun ke-4 pernikahanku dengan seorang
laki-laki yang sangat aku cintai. Bram suamiku, berusia 2 tahun
diatasku.
Oh iya, badanku sebenarnya biasa-biasa saja menurutku, dengan tinggi
151cm dan berat badan 45 kg, aku tampak mungil sekali dibandingkan
dengan mas Bram suamiku yang tinggi besar (171cm, 75kg), namun meski aku
mungil, tetap di berikan kelebihan dengan kulit yang putih serta ukuran
payudaraku yang mampu membuat setiap kaum adam menelan ludah meski
hanya dengan meliriknya. cup D, ya payudaraku mempunyai ukuran yang
membanggakan untuk aku, meski terkadang sedikit menyusahkan saat
berbelanja bra di dept.store.
Aku seorang business woman, super aktif dan mudah bergaul dengan
siapa saja. Hal itu juga yang mungkin menyebabkan aku membuka usaha
travel agent yang cukup berkembang pesat. Berbeda dengan suamiku, dia
sedikit pendiam dan pekerja kantoran seperti kebanyakan orang-orang
perkotaan.
Kehidupan seksual kami sebenarnya bisa dibilang memuaskan, malah bisa
dikategorikan hot. Meski mas Bram pendiam tapi untuk urusan yang satu
ini dia tidak terlihat pendiam. Awal pernikahan kami, aku sebagai istri
tergolong istri yang lugu untuk urusan sex, tapi mas Bram memberikan
banyak sekali bimbingan sehingga aku benar-benar tahu bagaimana
menikmati sex, bukan hanya sebagai pelengkap pernikahan semata,
melainkan juga sebagai penikmat seperti halnya menikmati makanan.
Suamiku, mas Bram punya hobi fotografi dan dia senang sekali
menjadikan aku objek foto, mulai dari gaun sexy, bikini, sampai
telanjang sudah semua aku lakukan sebagai model foto dadakan mas Bram.
Yah pikirku daripada bayar wanita lain sebagai modelnya, dan siapa juga
yang bisa menjamin kalau setelah sesi foto-foto terus langsung pulang,
lebih baik aku saja yang menjadi model suamiku sendiri.
Hobby suamiku ini lah yang akhirnya membawa aku masuk ke petualangan
yang tidak pernah aku bayangkan sebelumnya. Semuanya berawal dari
seringnya suamiku menunjukan hasil foto-fotonya kepada teman sekantornya
yang juga hobby fotografi sama dengan suamiku.
Dan di Sabtu sore, terjadilah perbincangan ini.
‘ma, ayolah…’ rengek suamiku sore itu, ‘Agus sudah meyakinkan Nia juga untuk acara ini….’ lanjutnya lagi.
‘ah papa, masa istri sendiri di jadikan model foto sexy orang lain’ ujarku.
Ternyata suamiku membuat kesepakatan dengan teman sekantornya untuk
menjadikan istri-istrinya sebagai model foto sexy, yah aku dan mbak Nia
akan berpose sexy menggenakan bikini, begitu kira-kira yang di
rencanakan oleh suamiku beserta mas Agus.
‘pa, mama bukan model profesional yang bisa berpose begitu begini didepan kamera orang lain’
‘selama ini mama melakukanya dan berani karena papa juga’, aku
memberikan penjelasan sebisa mungkin. Namun tampaknya suamiku terus
menggempur dengan rayuan-rayuannya dan berusaha meyakinkan aku.
Singkat cerita, akhirnya suamiku menang dengan iming-iming sesi
pemotretan dilakukan di sebuah villa di Bali. Hitung-hitung sekalian
liburan pikirku, apa salahnya.
Sebulan kemudian akhirnya, kami berempat berangkat ke Bali. Menyewa
sebuah Villa dengan private pool dan 2 kamar yang menghadap ke kolam
renang. Siang itu kami langsung beristirahat dan siap-siap untuk sore
nanti untuk memulai sesi pemotretan supaya tidak terlalu terik matahari,
karena konsep pemotretan menggenakan bikini di sekitar area kolam
renang.
Aku memilih bikini dengan warna terang bercorak dengan model 2
pieces, payudaraku sedikit berontak setiap kali aku menggenakan bikini.
Rasanya risih sekali tapi mau dikata apalagi, sudah terlanjur di Bali.
Mbak Nia aku lihat sudah menunggu beserta mas Agus dan mas Bram di
tepi kolam renang sambil menikmati beer di gelas masing-masing. Dia
tampak cantik sekali, dengan bikini model 2 pieces warna biru gelap
bergaris putih, tampak sempurna sekali bak model profesional. Postur
tubuh mbak Nia mendukung sekali, dengan tinggi 170kg dan berat sekitar
55kg untuk menjadi seorang model. Meski berdada agak rata tapi lekukan
pinggulnya serta rambutnya yang sedikit keriting sebahu, kulit putih,
hidung mancung, dan bibir tipisnya, mampu membuat iri setiap wanita yang
melihatnya.
‘ayo kita mulai dek Alya….’ seru mas Agus sedikit berteriak, ‘kok malah bengong disitu’.
Aku pun tersadar dari lamunan minderku dan tersenyum serta perlahan
tapi pasti menghampiri suamiku, mas Agus, serta mbak Nia yang sedari
tadi menunggu. Sebenarnya kalo saja bukan acara foto hanya liburan saja,
aku tidak masalah memakai bikini di lihat orang lain, tapi masalahnya
sekarang aku harus menjadi foto model dadakan, hal itulah yang mendadak
membuat aku sedikit gugup.
Akhirnya sesi pemotretan pun di mulai. Aku beserta mbak Nia berpose
seadanya, sambil sesekali tertawa cekikian saling menertawakan satu sama
lain, ledek-ledekan dengan pose konyol. Namun hal itu yang membuat
suasana canggung akhirnya cepat berlalu menjadi lumer. Sampai pada
akhirnya mas Agus memberikan ide untuk kami berdua toples, dan sontak
saja aku serta mbak Nia menolaknya.
Sambil terus berfoto dan berpose, tanpa terasa matahari hampir
tenggelam. Saat sunset menjelang tiba-tiba tangan mas Agus menarik tali
bikini atasanku dari belakang, aku kaget sekali dibuatnya. Sambil
sedikit terpekik tertahan aku mencoba menutupi payudaraku yang besar
ini, dan melirik suamiku,namun dia malah ikut-ikut tertawa beserta mas
Agus dan mbak Nia.
‘Ya udah klo gitu aku juga lepas deh….nih…’, mbak Nia tiba-tiba saja
melepas bikini atasnya yang dikenakan tanpa canggung, dan suaminya
menyambut riuh dengan sorakan serta tepuk tangan, suamiku malah ikut
tepuk tangan juga. Aku jengah dibuatnya namun akhirnya hanya bisa
pasrah. Akhirnya di penghujung sunset kami berpose toples di foto oleh
suami-suami kami.
Malam harinya, karena capek kami hanya memesan makan malam melalui
room service. Kami makan berempat malam itu dengan diiringi canda dan
tawa. Malam itu aku hanya menggunakan baju kaos terusan selutut, karena
aku berpikir toh gak kemana-mana juga, dengan bra serta cd warna senda
kulit menonjolkan keseksian dibalik baju kaos terusanku. Mbak Nia malam
itu menggunakan tshirt tanpa bra serta celana super pendek, cantik
sekali. Beda dengan aku dengan dandanan yang siap untuk tidur.
Setelah makan malam sekedarnya, kami berkumpul di tepi kolam renang
sambil menikmati wine yang telah kami pesan melalui room service saat
memesan makan malam tadi. Pembicaraan kian hangat, ditambah lagi minuman
ini tampak mendominasi libidoku. Mas Agus tak segan memuji-memuji
badanku yang mungil namun menggairahkan menurutnya. Sambil melihat-lihat
hasil jepretan kamera melalui laptop, sesekali mas Agus mulai nakal dan
genit. Matanya menatap kearah dadaku terus.
‘Bram, coba lihat hasil lu tadi’, ujar mas Agus kepada suamiku.
‘sebentar gw ambil dulu di dalam’, suamiku menjawab sambil bangkit
menuju kamar untuk mengambil kamera yang tadi sore dipakai untuk
pemotretan.
‘wah, Alya…kamu meski mungil tapi mampu membuat suamiku terus-terusan
jepret kamu dengan kameranya’, tiba-tiba mbak Nia berkomentar, dan
memang benar 65% hasil jepretan mas Agus adalah tentang diriku.
Untung suamiku tak lama datang, sehingga mencairkan perasaan sedikit
ketidak nyamanan aku terhadap mbak Nia. Mas Agus langsung menghubungkan
kamera suamiku dengan laptop, dan mulai menjelajahi hasil jepretannya
yang ternyata sama saja, suamiku lebih banyak membidik mbak Nia
ketimbang diriku. Dasar lelaki ujarku dalam hati membatin.
Sambil melihat-lihat hasil foto sore tadi, aku perhatikan mas Agus
sesekali melirik kearahku genit sambil tersenyum. Awalnya aku jenggah
dibuatnya, tapi karena pengaruh alkohol dari wine yang aku minum, aku
bisa cuek menanggapinya. Tak henti-hentinya mas Agus memperhatikan
payudaraku yang tertutup bra serta baju kaos tipis, dan entah kenapa
makin lama aku makin senang dibuatnya. Perasaan senang menjadi pusat
perhatian ini lama-lama membuat libidoku kembali meninggi, otak ku mulai
berpikir macam-macam. Aku perhatikan mas Agus cukup ganteng, dengan
badan yang atletis dengan tinggi hampir sama dengan mbak Nia.
‘ah, aku sudah ngantuk…pamit duluan yah tidur’ ujarku pamit seraya
berdiri meninggalkan mereka bertiga yang masih asik membicarakan hasil
foto tadi sore. Aku memutuskan untuk tidur saja daripada otak ini
berpikir yang bukan-bukan. Mungkin pengaruh alkohol atau pengaruh
cemburu karena mas Bram sedari sampai di Bali siang tadi matanya tidak
pernah lepas memandang tubuh mbak Nia.
5 menit….10 menit….15 menit berlalu begitu saja. Aku di dalam kamar
yang sudah mati lampunya berjuang untuk tidur, meski mata terpejam namun
jantung berdetak dengan keras, entah kenapa. Ah mungkin pengaruh wine
yang kuminum batinku.
Tidak lama terdengar langkah kaki di kamar, ‘ah mas Bram masuk ke
kamar’, batinku tanpa menoleh sedikitpun memeriksa siapa yang datang,
dan perlahan Suamiku memeluk ku dari belakang. Hal ini membuat darahku
tiba-tiba berdesir dan daerah kewanitaanku berdenyut. Aku biarkan
suamiku menciumi pundak leherku dari belakang, aku nikmati ciuman yang
mulai disertai jilatan-jilatan kecil yang membawa sejuta sensasi
kenikmatan dalam tubuhku. Tanganya mulai meraba kedepan, kerah
payudaraku.
Aku hanya bisa melenguh nikmat mendapatkan perlakuan seperti itu.
Kalo saja libidoku tidak setinggi ini, aku pasti masih bisa menahan.
Namun alkohol dalam wine tadi membuat libidoku meninggi dengan cepat,
dan lebih gilanya lagi aku membayangkan mas Agus yang tengah asik
menciumi leher serta meremas payudaraku dari belakang, dan hal ini juga
yang membuat aku tidak membalikkan badan. Aku menikmatinya, tapi bukan
suamiku melainkan mas Agus.
Tak lama bajuku ditarik keatas, dan aku dengan mata masih terpejam
membiarkanya. Badanku dibalikanya sampai terlentang. Dan payudaraku
mulai diciuminya sambil diberikan jilatan-jilatan kecil. Sekarang
brakupun ditariknya dengan sekali hentakan, dan aku sekarang toples
hanya menggunakan cd saja. Puting payudaraku di hisapnya pelan,
ditariknya menggunakan bibir bergantian kiri dan kanan, sambil tanganya
terus sibuk mengusap seluruh permukaan kulit tubuhku. Aku hanya bisa
mendesah dan mendesah sambil memejamkan mata sambil memikirkan mas Agus
yang melakukan semua itu bukanya mas Bram suamiku.
‘oohhhhh….’, desahku pelan saat tanganya mulai menyentuh vaginaku dari luar, karena aku masih menggunakan cd.
Ciuman-ciuman dan hisapan di sekitar payudaraku serta putingnya mulai
menuju ke bawah melalui perut. Hampir saja aku teriak menahan nikmat
bercampur geli kalo saja aku tidak cepat-cepat menahan terikan itu
dengan lenguhan panjang,
‘aww….sssttt….oooohhhhh’.
Aku menikmati sekali jilatan di sekujur tubuh bagian depanku ini, menikmatinya dengan mata terpejam.
Perlahan tapi pasti jilatan itu menuju ke arah vaginaku yang sudah
basah semenjak aku masih memakai baju lengkap. Akhirnya cd ku ditarik
kebawah, dan aku pun merenggangkan kakiku. Aku benar-benar menikmati
sekali setiap perlakuan suamiku, aku sedikit heran kenapa suamiku
bersikap lembut dan pelan-pelan. Tidak seperti biasanya yang sedikit
kasar dan buru-buru. Namun aku tidak peduli, karena saat ini aku sedang
membayangkan mas Agus yang tengah menjilati vaginaku.
Sapuan sapuan hangat lidahnya, ciuman ciuman serta hisapan bibirnya
di klitorisku, membuat aku tidak tahan lagi, sedikit lagi aku hampir
orgasme, namun tiba-tiba……….
‘mas Agus?’, aku terperanjat kaget saat aku membuka mataku, ternyata
sedari tadi yang melakukan semua ini bukan suamiku tapi benar-benar mas
Agus seperti yang aku bayagkan. Bagai disambar petir aku kaget setengah
mati.
Mas Agus hanya tersenyum sambil berkata ‘aku pengen ngerasain ngentot sama kamu dek Alya’.
Aku hanya terdiam mendengar ucapanya itu, yang ada di otakku cuma
bengong tidak bisa memikirkan apa-apa lagi selain meneruskan menikmati
permainan lidah mas Agus di klitrosiku yang kian gencar. Mungkin dari
awal aku sudah berpikir mas Agus jadi aku cepat menerima perlakuan mas
Agus tanpa perlawanan atau penolakan.
Tiba-tiba mas Agus menghentikan aktifitasnya, bangkit dan membuka celana
pendeknya serta menyodorkan penisnya ke arah mulutku. Aku tidak percaya
dibuatnya, penis mas Agus besar, lebih besar dari suamiku. Dengan
bentuknya yang agak ke kiri serta urat-urat yang menonjol di pensinya
membuat aku tidak berpikir panjang lagi, langsung aku raih penisnya dan
kubenamkan kemulutku.
Aku mengoral mas Agus sambil menahan nikmat jari-jarinya yang dimasukan ke vaginaku. Kami berdua meracau keenakan.
Mas Agus tidak lama meminta aku menjempit penisnya di antara
payudaraku. Penis itu terasa hangat berada dibelahan payudaraku. Mas
agus terlentang dan aku diatas memijat-mijat penis mas Agus dengan
payudaraku. Tapi tidak lama, karena aku sudah tidak tahan lagi,aku
langsung bangkit menduduki mas Agus yang tenga merem melek menikmati
pijatan payudaraku.
‘ARRGHHH…..’, kami berteriak tertahan bersamaan saat aku masukan
penis mas Agus dengan cara mendudukinya. Aku mulai menggoyangkan
pinggulku yang mungil, dengan perlahan namun pasti mas Agus mengimbangi
goyanganku dengan sesekali meremas kedua payudaraku.
Mas Agus mencoba berdiri, dan mencoba mengangkat tubuhku yang mungil
turun dari atas ranjang. Badanku mulai perlahan terangkat,
dan…’argghhhh….’, sensasinya luar biasa saat itu. Mas Agus menggendong
aku seperti anak kecil sambil penis dan vagina kami berdua tetap beradu.
Namun hal itu tidak bertahan lama. Kini mas Agus melepaskan penisnya
dan meminta aku berdiri di ranjang sambil sedikit jongkok, aku tidak
mengerti pada awalnya, namun tidak berapa lama kemudian mas Agus
memasukan penisnya dari belakang menuju vaginaku dengan posisi tetap
berdiri. Kedua tanganku ditarik kebelakang menahan tubuhku yang hampir
jatuh kedepan, penis itu semakin dalam mengocok vaginaku, terasa penuh
sekali karena ukuranya yang besar. Aku hanya bisa mendesah desah tanpa
melakukan perlawanan, begitu juga dengan mas Agus tanpa bicara apa-apa
hanya desahanya yang terdengar mengimbangi desahanku.
Dengan sekali hentakan tiba-tba, mas Agus mendorongku kedepan dan
tanpa melepaskan penisnya, dia menarik pinggulku keatas. Aku mengerti
hal ini, doggy style, yah gaya ini memang salah satu gaya favoritku
dalam bercinta.
‘arghh…arghhhh….yah terus mas…terus…’,
‘begitu mas, lebih cepat lagi kocok memeknya’,
aku makin menggila dengan gaya favoritku, ditambah lagi semenjak awal
orgasmeku tertahan terus, tampaknya mas Agus pandai sekali membaca
situasi dan tidak membiarkan aku merasakan orgasme, selalu saja
ditahanya. Entah berapa kali orgasmeku gagal karena permainan tarik ulur
mas Agus, tapi saat ini aku sudah benar-benar di ujung orgasmeku, mas
Agus tidak tahu kalau doggy style adalah gaya favoritku dalam bercinta.
‘arghhh….mas…maaassss….a rghhh…kocok terus mas’, aku mulai tidak sadar mengeluarkan suara keras.
‘arghhhh…setaaann…ngentooo tttt…..aku sampe masssss…..’, erangku
tertahan. Yah saat aku orgasme memang kebiasaan selalu mengeluarkan kata
yang sedikit kasar, karena menurut suamiku itu seski.
Mas Agus membiarkan penisnya tertancap didalam vaginaku, memberikan
ruang dan waktu untuk aku merasakan orgasmeku. Vaginaku
berdenyut-denyut, seperti menyedot-nyedot penis yang masih tertancap
didalam vaginaku.
Dengan sisa tenaga aku membalikan badanku, terlentang mengangkang
membuka kedua kakiku dan terangkat keatas, membiarkan mas Agus memulai
penetrasi kembali menggunakan penisnya kedalam vaginaku.
Dengan gaya missionary ini, mas agus memompa aku dari atas.
Perlahan-lahan pada awalnya dan makin lama makin cepat. Mas Agus tampak
menikmati sekali pemandangan payudaraku yag berukuran besar ini, sambil
mendesah-desah liar dia menciumi kedua payudaraku bergantian, mungkin
lebih tepatnya membenamkan mukanya kedalam payudaraku.
Gesekan-gesekan penisnya yang terasa penuh di vaginaku, mulai
menaikan hasratku dengan cepat. Aku mulai merasakan gelombang-gelombang
kenikmatan yang semakin intense di sekujur badan bagian bawahku
khususnya daerah vaginaku.
‘arghhh….terus mas…teruss…..’,
‘lagi mas…lagii……arghhhhh…’,
Aku semakin belingsatan menahan sesuatu yang mendesak keluar dari dalam vaginaku yang tidak bisa aku tahan sebenarnya.
‘arghh…….lagiiiiiiiii….m assssss…..ngentottttt…aku sampe lagi
maaaaaaaassss…..’, sambil aku cengkram erat tubuh mas Agus dan sedikit
gigitan tertahan dipundak kirinya.
Mas Agus tidak memberhentikan gerakanya, malah makin liar
menghujankan penisnya kedalam vaginaku, aku hanya bisa memejamkan mata
menikmati orgasmeku sambil ditusuk penis besarnya. Dan dengan gerakan
cepat, mas Agus mencabut penisnya serta mengarahkan penisnya kearah
payudaraku.
‘arghhh…arghh…arghh….arr rghhhhhhhh’, 4 tembakan besar dari penis mas
Agus membanjiri payudaraku yang besar ini dengan spermanya. Panas
seketika kulit payudaraku yang sensitif ini, namun cepat terasa hangat,
sensasi yang aku senangi sebenarnya saat sperma tertumpah di payudaraku
dan sedikit mengenai wajahku serta bibirku. Tampaknya mas Agus
mengeluarkan sperma yang cukup banyak.
Aku tarik penisnya, dengan tanganku kukocok lembut dan kumasukan
kemulutku, aku bersihkan sperma yang menempel di penis mas Agus. Mas
Agus hanya bis pasrah serta mengerang menahan nikmat.
Malam itu aku tidak punya tenaga lagi bangkit dari tempat tidur untuk
membersihkan sperma yang menempel di payudara, wajah, serta bibirku,
begitu juga dengan mas Agus. Dia hanya tersenyum sambil mengecup mata
kiriku, aku meraih bajuku dan membersihkan sisa sperma yang menempel di
payudaraku.
Malam itu untuk pertama kalinya aku merasakan penis selain penis mas
Bram suamiku mengaduk-ngaduk vaginaku, mencicipinya dengan mulutku.
Sempat terlintas dibenaku pertanyaan-pertanyaan seperti, dimana mas
Bram? Apa dia sedang bersama mbak Nia? Apa mas Bram tahu kalau temanya,
mas Agus menyetubuhi istri tercintanya? Tapi otak dan tubuhku terlalu
lelah dipakai untuk menikmati persetubuhan dengan mas Agus, sudah tidak
bisa dipakai berpikir lagi dan mencari mas Bram. Dan aku pun terlelap
disamping mas Agus yang juga langsung tertidur.
Belum ada tanggapan untuk "FOTO MODEL SUAMIKU"
Posting Komentar